Kita pasti tak asing lagi
dengan kalimat “Jika dunia ibarat perhiasan, wanitalah sebaik-baik perhiasan
dunia.” Wanita itu indah dengan segala nalurinya. Wanita itu tangguh di balik
kelembutannya, meski air matanya tak jarang berlinang menghadapi geramnya liku
kehidupan. Di mana pun berada, wanita yang seringkali disebut sebagai
sebaik-baiknya perhiasan dunia memanglah indah dengan segala karakteristiknya.
Layaknya perhiasan yang indah nan mahal harganya, pastilah tetap memiliki ciri
khas tersendiri, tergantung bagaimana proses yang dijalani semasa hidup hingga
menjadikannya “sebaik-baik perhiasan dunia”. Bagaimana sih wanita-wanita yang
mampu melakukan banyak hal tanpa menutupi nalurinya sebagai makhluk yang begitu
santun dan lemah lembut?
Jika
disebut “Mawar berduri di tepi jurang”, apa yang ada di benak kita?
Setiap kali kita mendengar kata ‘mawar’,
pastilah yang terbayangkan ialah keindahan dan harumnya yang memikat. Namun,
yang menarik ialah jika kita ibaratkan wanita yang cantik dan amat berharga
ialah seperti mawar berduri di tepi
jurang. Mengapa? Ia cantik, indah dan mempesona, namun dengan duri yang
ibarat ketegasannya, ia mampu melindungi harga dirinya sehingga tak semua
lelaki bisa menyentuhnya. Ia di tepi jurang, tak bisa dipetik dengan mudah.
Lelaki yang menginginkannya ialah lelaki yang sungguh-sungguh dan rela
berkorban meski dengan nyawa sekali pun. Indahnya, jika semua wanita di dunia
seperti itu.
Kemudian,
wanita juga bisa menjadi pemimpin sekali pun ia tetap dipimpin oleh seorang
laki-laki. Ia bertanggung jawab memimpin dirinya sendiri guna menjadi cahaya
bagi kedua orang tua, saudara, suami dan anak-anaknya kelak. Ia adalah tangan
pertama yang mampu mencetak generasi emas, dimulai dari dalam kandungannya.
Ialah penuntun pertama bagi langkah anak-anaknya. Ia mampu berdedikasi dan
mengikhlaskan dirinya menjadi energi terbesar untuk membangun karakter generasi
bangsa yang berkualitas. Dengan segala kelembutan, kesantunan dan
ketangguhannya, ia siap berdiri tegak menjadi batu karang yang kokoh.
Wanita
juga berhak bahkan mampu menjadi pemimpi sejati. Ia boleh dan bahkan harus
mempunyai pendidikan dan cita-cita yang mulia. Ia boleh saja bermimpi memiliki
keahlian dan profesi di bidang tertentu yang mungkin seringkali digeluti oleh
kaum laki-laki, asalkan ia tetap mempertahankan jati diri dan kodratnya sebagai
wanita. Wanita memang dibekali dengan segala potensi yang bisa menjadikannya
begitu berarti dan berharga untuk dunia.
Sekali pun kelak ia menjadi
ibu rumah tangga, ia tetap bisa menjadi wanita karier di istana keluarga pada
khususnya dan di masyarakat pada umumnya. Kita bisa mengambil contoh beberapa kisah
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ada seorang ibu rumah tangga yang tidak
berpendidikan tinggi sekali pun, ia bisa menjadi wirausahawati di bidang
kuliner berkat kegigihannya dan ketelatenannya dalam mendalami hobinya. Kita
pasti tak heran jika wanita bisa memasak, bukan? Namun, hal itu tentu berbeda
dengan ibu rumah tangga yang bisa mengambil peluang dari kesehariannya memasak
yang kemudian dijadikan peluang bisnis. Selanjutnya, ia bisa memperkerjakan
beberapa karyawan, di mana mampu mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Di
samping itu, semua kewajibannya di istana keluarganya tidak terlupakan.
Ada pula wanita yang
mendedikasikan sisa hidupnya untuk pengabdian masyarakat, yaitu di bidang
pendidikan. Siapa yang tidak kenal dengan Ibu Een Sukaesih? Ia adalah guru
sejati, pendidik yang gigih, dan pahlawan yang dicintai. Ia adalah sosok yang
belum lama ini telah berpulang ke Rahmatullah. Begitu sedihnya langit Indonesia
saat itu mendengar kabar kepergiannya. Sosok guru dari Sumedang yang dalam keadaan
tak berdaya raganya, namun hati dan penglihatannya memancarkan semangat membara
untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Ia tak pernah kenal lelah atau pun
tangisan meski keadaannya tak sempurna. Setiap ayat ilmu ia salurkan penuh
ketekunan di atas ranjang yang menjadi tumpuan sisa hidupnya. Ialah salah satu
wanita sejati yang selalu dirindukan oleh penghuni dunia dan surga. Ialah salah
satu mutiara berharga di antara kaum wanita di negeri ini.
Beberapa contoh di atas barulah
sedikit dari wanita yang mampu menjadikan dirinya indah dan dikenang. Masih
banyak lagi, bahkan hingga jutaan atau pun milyaran wanita yang sejatinya
menjadi figur baik bagi kita. Di tangan seorang wanita, ada banyak jalan yang
mampu mengindahkan masa depan keluarga, nusa, bangsa dan agama. Tak harus
segera bersinar untuk dunia, namun minimal wanita harus menyinari dirinya
sendiri. Menjadikan lebih indah atas apa yang telah Tuhan hadiahkan pada diri
tiap wanita. Semua kecantikan, kelembutan, keanggunan dan keindahan seorang
wanita tak akan lengkap tanpa prestasi. Semua hal yang menjadi kelebihan dan
kebaikan seorang wanita adalah sebuah prestasi. Prestasi yang sejatinya mampu dirasakan oleh orang-orang
yang ada di dekatnya. maka dengan itulah, wanita mampu menjadi ‘sinar’ dalam
kaca mata dunia.
Jakarta, 20 April
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar