Oleh : Ida Nuraini
(Telah diikutsertakan dalam lomba EconoChanel Writing Competition 2 2016 FE UNJ)
Indonesia sebagai
negara yang memiliki 62,4 juta pemuda atau sekitar 25% dari jumlah penduduk
(Data BPS tahun 2015), tentu memiliki peluang besar untuk menjadi negara yang
maju. Sebab, pemuda adalah aset yang berharga dan potensial dalam pembangunan
negeri. Di tangan pemudalah arah bangsa ini akan ditentukan. Pemuda dengan
segala impian di masa depan perlu menempatkan kemajuan Indonesia sebagai salah
satu impiannya. Sebab, kelak pemudalah yang akan menggantikan para petinggi
negeri untuk memimpin serta menjadi pelaku perubahan bagi Indonesia.
Jika dahulu pergerakan
pemuda untuk Indonesia berupa pergerakan Budi Utomo, menggagas proklamasi
kemerdekaan, Sumpah Pemuda serta perjuangan lainnya di masa sebelum kemerdekaan,
maka di tengah globalisasi ini peran pemuda harus lebih dari itu. Sebab, yang
dihadapi oleh Indonesia saat ini lebih berat. Globalisasi tengah mengajak
Indonesia untuk memecahkan berbagai permasalahan guna meningkatkan daya saing
dan mengejar ketertinggalan. Jika berbicara globalisasi, maka dua permasalahan
yang perlu mendapat perhatian ialah ekonomi dan budaya. Mengapa? Karena ekonomi
menjadi salah satu tolak ukur kemajuan,
kesejahteraan serta pembangunan negeri. Kemudian, banyak fakta miris terkait
kebudayaan. Seperti hilangnya 14 bahasa daerah, 10 kebudayaan Indonesia yang
diklaim Malaysia, baru sekitar 2.108 warisan budaya tak benda yang sudah
dicatat serta masalah lainnya yang membuat eksistensi budaya di tengah
modernisasi ini menjadi menurun.
Di sinilah para pemuda
perlu mengambil peran nyata. Peran pemuda dalam menyelesaikan kedua permasalahan
tersebut bisa dimulai dengan membangun ekonomi melalui kekayaan budaya di
daerah masing-masing. Bagaimana ekonomi dan budaya bisa dipadukan? Yakni melalui
ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan pemanfaatan ide berdasarkan aset
kreatif dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan potensi ekonomi. Ekonomi
kreatif dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang kuat. Segala sektor ekonomi
kreatif bisa diciptakan dengan mengangkat unsur kebudayaan di dalamnya,
sehingga perkembangan ekonomi bisa sejalan dengan peningkatan eksistensi
budaya.
Jakarta sebagai pusat
kota memiliki potensi ekonomi kreatif yang tinggi. Melalui Pekan Raya Jakarta
(PRJ), Jakarta bisa menjadi pioner dalam mewujudkan pengembangan ekonomi
kreatif berbasis kebudayaan lokal. PRJ sebagai agenda tahunan yang menghadirkan
pameran seni, menampilkan produk-produk UMKM hingga perusahaan-perusahaan besar
hingga hiburan lainnya menjadi daya tarik semua kalangan. Namun, bagaimana
peran pemuda di dalamnya? Dalam pelaksanaan PRJ ini, pemerintah daerah serta
pihak penyelenggaran perlu menjadikan komunitas dan organisasi pemuda setempat
sebagai mitra kerja sama. Banyaknya komunitas dan organisasi pemuda Jakarta
bisa menjadi kekuatan dalam menyebarluaskan kegiatan ini, baik dari awal maupun
hingga kelanjutan kegiatan.
Banyak posisi yang bisa
ditempati oleh pemuda. Pemuda Jakarta bisa menjadi duta budaya dan ekonomi kreatif di dalamnya. Dalam
konteks budaya, pemuda bisa membantu menjadi kepanitiaan yang menyusun
keberlangsungan kegiatan, membantu mempromosikan kegiatan ini melalui media
sosial secara massif dan kreatif hingga terlibat langsung dalam pagelaran seni
budaya yang ditampilkan. Dalam konteks ekonomi kreatif, para pengusaha muda
yang bergelut di bidang industri kreatif bisa turut memasarkan produknya.
Dengan memadukan peran pemuda dikedua aspek tersebut, ke depannya pemuda
menjadi semakin merasa memiliki Pekan Raya Jakarta, yang kemudian membuatnya
berpikir jauh untuk membuat pembaruan tiap tahun, hingga berdampak pada
revolusi mental. Revolusi mental di sini maksudnya, pemuda terbiasa dekat
dengan budaya, yang kelak akan dikembangkan dan dituangkan dalam ekonomi
kreatif. Selain itu, Pekan Raya Jakarta ini bisa menjadi kegiatan percontohan
bagi daerah lain dalam hal menguatkan perekonomian melalui pelestarian budaya
lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar