Jumat, 27 Januari 2017

RESUME BUKU : Agar Bidadari Cemburu Padamu

RESUME BUKU
Judul Buku : Agar Bidadari Cemburu Padamu
Penulis : Salim A. Fillah
Penerbit : Pro-U Media
Tebal Buku : 280 Halaman
Diresume oleh : Ida Nuraini

“Di dalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya. Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka. Tidak pula oleh jin.” (Ar-Rahman : 56). Begitulah bunyi ayat Allah yang membuka pandangan kita, terutama kaum hawa bahwa ternyata Allah benar-benar menciptakan banyak bidadari di surga yang luar biasa sifat dan sikapnya. Membaca ayat ini mungkin sontak membuat kita sebagai wanita merasa minder dan cemburu. Iya kan? :D Ya, sebab cemburu itu manusiawi, terlebih lagi pada wanita. Namun cemburu di sini dalam hal kebaikan, di mana wanita dunia pun menginginkan kemuliaan dan kesucian bak bidadari atau bahkan ingin melebihinya. Namun jangan khawatir, karena ternyata bidadari surga bisa cemburu lohh kepada wanita dunia. Yuk simak berikut ini ukhti.
Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, dan sedikit kutipan percakapannya ialah “Yaa Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli (bidadari surga)?”
Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tak terlihat.”
Ummu Salamah kembali bertanya, “mengapa wanita-wanita dunia lebih utama?”
Beliau kembali menjawab “Karena shalat mereka, puasa mereka dan semua ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas.....”
Masyaa Allah. Begitu merinding dan melayang bukan, setelah membaca perkataan Rasulullah? Bagaimana tidak ukhti fillah? Ternyata, kita bisa lebih mulia dan membuat bidadari surga cemburu atas kecantikan fisik dan hati kita. Ya, kecantikan yang begitu terpancar atas cintanya Allah pada wanita-wanita yang menghabiskan masa hidupnya untuk mengenal, mendekat, dan melakukan ibadah atas dasar cinta pada Allah, yaa hanya Lillah yang menjadi landasan kuatnya.
Maka ukhti fillah, kini bukan lagi kita harus bertanya-tanya, “Mengapa Allah menjadikan wanita dalam Islam begitu terkekang, terbatas dan banyak aturan? Kok ribet banget sih, jadinya kan wanita gak bisa eksplor diri.” Tau ga sih apa maksud Allah atas semua hal yang ditetapkannya untuk wanita? Tau gak sih kalau ternyata di balik banyaknya komentar atas ketentuan tersebut, tersimpan banyak hal tentang peran keberadaan wanita yang amat mulia dan sesuai porsinya yang begitu pas.
Wahai bidadari dunia yang kelak akan menjadi bidadari surga, jauh sebelum Allah menciptakan wanita ke dunia ini, Allah telah paham betul bagaimana kodrat seorang wanita. Allah begitu tahu bagaimana hati, kemampuan, keinginan dan naluri seorang wanita. Misalnya, dalam hal aturan menutup aurat, muslimah sangat diwajibkan, meski banyak yang belum mendapatkan hidayah. Hal ini, agar muslimah senantiasa terjaga, memiliki identitas sebagai wanita muslim, menjaga kesucian dan kehormatan. Terlebih lagi, di masa modern ini dunia sudah terbalik. Kenapa terbalik? Ya, karena banyak pergaulan yang semakin bebas yang tidak hanya mencelakan seorang wanita yang belum berhijab, bahkan yang sudah berhijab terkadang dihujat “ah buat apa berhijab, toh ternyata yang berhijab gak lebih baik dari yang gak berhijab.” Astaghfirullah, semoga Allah senantiasa menjaga lisan kita. dalam kasus ini ukhti, terselip makna bahwa sejatinya hibaj yang kita kenakan bisa menjadi perisai bagi hati dan perilaku kita. Jika kita memaknai hijab kita sebagai kasih sayang Allah, maka perlahan kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Bukan hanya dalam hal hijab. Dalam perkara pembagian harta waris yang lebih sedikit, terbatasnya kepemimpinan wanita atas lelaki, soal akal atau logika berpikir, hingga hal lainnya dalam kehidupan yang melahirkan banyak isu emansipasi wanita. Jika kita mau mencari tahu hikmahnya, sesungguhnya semuanya telah tercantum dalam Al-Qur’an yang Allah sampaikan dengan begitu indahya. Islam bukannya ingin mengekang wnaita dengan segala aturan syari’at yang katanya ribet ruwet.
Di balik semua itu, Allah sangat mengistimewakan wanita. Allah begitu memuliakan wanita dengan banyak kesempatan yang diberikan. Di dunia, keberhasilan seorang lelaki tidak dipungkiri bahwa ada seorang wanita di belakangnya yang begitu luar biasa. Seorang presiden hebat, dokter profesional, pejabat kaya raya, dan semua kesuksesan lelaki tersebut tidak jauh dari tangan-tangan seorang ibu dan istri yang senantiasa membersamainya.
Dalam hal karir, kini semakin banyak pekerjaan yang membuat wanita tetap bisa mengurus keluarga sebaik mungkin dengan waktu yang lebih banyak. Dalam dunia pendidikan, wanita pun berkesempatan mengeyam pendidikan karena ia pun harus cerdas dan kreatif. Di tangannya lah peradaban akan di mulai. Dalam hal dakwah sekali pun, wanita masih bisa berperan banyak. Menjadi madrasah pertama bagi anak, mengikuti kegiatan sosial, berkarya lewat tulisan, aktif berorganisasi, dan lain sebagainya bisa menjadi ladang pahala bagi wanita. Terbukti bukan, bahwa wanita tidak pernah dikekang dalam Islam? Beda loh ya, antara dikekang dengan dimuliakan.
Nah, teruntuk kaum lelaki juga. Jangan lah menganggap wanita itu rendah karena dirimu yang menjadi pemimpin. Muliakanlah ia dan berilah keadilan padanya sesuai syariat Islam. Tidaklah Allah menciptakan wanita untuk menjadi bidadari bagi orang tuanya, anak-anaknya, suaminya dan juga untuk peradaban Islam, hingga akhirnya surga pun menanti kehadirannya atas cinta Allah dan cintanya kepada Allah.

Wallahu ‘alam bish showab .
Semoga bermanfaat dan berkah^^



“Membuat Hijrah Semakin Berkah”

Essai “Hijrah”
“Membuat Hijrah Semakin Berkah”
Oleh : Ida Nuraini
(Arsip : Syarat seleksi Duta Muslimah UNJ 2016)

“Hijrah tidak akan terhenti hingga terputusnya pintu taubat, dan pintu taubat tidak akan terhenti hingga matahari terbit dari barat.” (HR Abu Dawud). Ini lah hijrah, jalan yang begitu panjang dan penuh ujian hingga waktu yang tersedia begitu luas. Ini lah hijrah, yang di sana kita akan menemukan terangnya cahaya di atas cahaya. Di sana lah jalannya manusia-manusia yang terpanggil hatinya untuk menghapus masa kelamnya menjadi masa terangnya.
Siapa sih orang yang berhijrah itu? Ini dia sahabat, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Mah Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Baqarah : 218). Orang yang berhijrah tentu amat mengharapkan ampunan, maaf dan rahmat dari-Nya. Orang yang berhijrah juga ia yang haus akan petunjuk menuju jalan kebaikan karena ia sesaat pernah berjalan di jalan yang membuatnya terjerembab dalam kesalahan dan penyesalan.
Tidak ada manusia yang hidup tanpa butir kesalahan. Jika kita bisa melihat kertas kehidupan kita, mungkin kita akan menangis dan kesal sebab banyak coretan lupa, khilaf dan salah. Mungkin warnanya mengalahkan tinta emas kebaikan yang kita torehkan. Karena, sejatinya hidup ini adalah perjalanan panjang yang akan mengantarkan kita ke rumah tempat kembali. Dan dalam perjalanan ini, kita hanyalah manusia biasa yang tidak terbebas dari godaan. Kita hanya insan biasa yang memerlukan banyak alarm sebagai pengingat.
Siapa sih orang yang tidak pernah mempunyai masa kelam? Masa-masa di mana seakan hidup tiada makna dan hati terasa hambar. Waktu di mana seakan kita buta, bisu dan tuli atas kesalahan yang menggerayangi diri. Astaghfirullah. Saat-saat yang mungkin kita akan menangis dan kecewa mengingatnya. Namun itulah jalan yang kita lalui. Itulah kisah yang membuat kita banyak belajar. Itu lah batu loncatan yang mengantarkan kita pada jalan hijrah penuh hikmah. Jalan hijrah yang Allah berikan di atas hidayah bagi yang mau menjemputnya. Dimensi waktu yang menjelma kelam menjadi terang.
Namun bagaimana jika kita sudah berada di tengah jalan hijrah, justru ujian bertubi-tubi? Jasad tertatih melangkah, hati lelah, dan pikiran seakan kacau. Haruskah kita berbalik arah? Eitss, tidak sahabat. Jangan sekali-kali lakukan itu! “....Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Q.S Al-Insyiraah : 5-6) . Nah, begitulah kalimat cinta-Nya menguatkan diri kita atas kesulitan yang kita hadapi, sampai Allah mengulangi firman-Nya. Tahukah bahwa ujian di tengah proses hijrah adalah salah satu jembatan menuju keberkahan hijrah? Mengapa? Sebab, jika kita lulus dalam ujian ini, hijrah kita tidak hanya berhasil. Namun, Allah akan meninggikan derajat kita, semakin mencintai dan melindungi kita serta meridhoi tiap langkah kita. Di sana lah derasnya keberkahan akan terus melimpah.
Lalu, selain meminta kekuatan dalam menghadapi ujian, bagaimana lagi ? Nah, selama proses hijrah, daripada kita mengeluh akan ujian, lebih baik mengisi hari-hari hijrah dengan hal yang positif. Pertama, lihat kembali niat kita dalam berhijrah. Koreksi dan perbaiki jika kita sudah salah niat. Niatkan lah untuk Allah, lillah. Bukan karena ingin dilihat orang, bukan karena harta, tahta dan dunia. Selanjutnya, seringlah berkumpul dengan sahabat-sahabat yang baik dan selalu mengingatkan dalam kebaikan. Ini bukan berarti memilih-milih teman dan tidak mau berteman dengan yang belum baik. Sebagai orang yang di tengah hijrah, tentunya kita membutuhkan banyak asupan dan lingkungan yang baik. Di sini lah kita membutuhkan sahabat karib yang menyayangi dan menemani langkah hijrah kita. Namun bukan hanya sahabat, kita juga perlu mendapat saran dari orang tua, guru dan mentor. Mereka semua lah yang menjadi tangan-tangan Allah untuk membantu hijrah ini. Selain itu, seringlah mendatangi majelis ilmu yang di sana kita akan belajar banyak hal dan mendapatkan motivasi besar dalam berhijrah. Karena, berhijrah pun butuh ilmu yang nantinya akan kita jadikan amal.
Selama berhijrah, kita juga bisa sambil berdakwah. Dakwah bisa dimulai dari hal kecil yang sudah kita tahu dan kita jalani loh. Bisa ke teman dekat, keluarga dan saudara. Jadi, kita akan bareng-bareng merasakan atmosfer kedekatan dengan Allah hingga jalan hijrah kita semakin berkah dan mantap. Ada lagi nih. Kita harus pandai membuat targetan perbaikan diri. Baik dalam hal ruhiyah, jasadiyah, akhlak, intelektual dan hal lainnya yang mencakup diri kita. Dengan begitu, jalan hijrah kita menjadi terarah dan kita bisa melihat sendiri perubahannya.
Untuk beristiqomah di jalan hijrah, teruslah membuat tekad dan prinsip yang kuat. Teruslah isi jalan hijrah ini dengan bekal-bekal yang cukup. Niscaya, Allah akan memberkahi dan menyematkan keistiqomahan dalam diri. Manfaatkanlah jalan hijrah dan taubat sebagai ruang-ruang cinta-Nya yang penuh keberkahan.


Indahnya Menjadi Sang Pemimpi Harapan Negeri

Essay Indonesian Youth Dream Camp 2015.
Tema : Dream, You and Our Nation
Indahnya Menjadi Sang Pemimpi Harapan Negeri
Oleh : Ida Nuraini
(Arsip : Syarat untuk seleksi IYD CAMP 2015)

            “Bermimpilah! Maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” begitulah sebuah quotes luar biasa dari sang pemimpi, Andrea Hirata. Betapa ajaibnya sebuah kata bernama mimpi. Sebuah kata yang bisa membuat seseorang bersinar dalam hidupnya, sebuah kata yang bisa membuat Tuhan mencintai manusia atas usaha dan doa di balik kata mimpi. Adakah orang yang hidup tidak mempunyai mimpi? Mungkin ada, namun sedikit. Apakah kita mau menjadi orang yang hidup hanya mengikuti arus tanpa berani bermimpi sedangkan Tuhan memberikan kadar potensi dan akal yang luar biasa? Sekali-kali jangan! Sebab, kehidupan ini bagai tak hidup jika tanpa mimpi yang membersamai.
            Setiap insan yang terlahir memiliki kapasitas otak kurang lebih 35 exabyte (1 exa = 1000 peta = 1 juta tera = 1 milyar giga), menurut John Von Naeumann (Ilmuwan, matematikawan,insinyur, birokrat) asal Universitas Yale pada tahun 1956. Sungguh luar biasa. Artinya, otak lah sumber penggerak seluruh indera tubuh kita sehingga kita bisa menggunakan tiap bagian tubuh untuk berkarya, bermimpi, hingga mewujudkan mimpi dengan segala kelebihan yang ada.  

            Jika kita merasa kecil dan tak mampu, maka keluarlah dari zona nyaman dan lihatlah dunia. Betapa banyaknya pemuda bahkan orang tua sekalipun yang telah sukses menggenggam mimpi-mimpinya di tingkat dunia yang dulunya pun mimpinya hanya sebuah tulisan. Wira Winata misalnya, pemuda asal Indonesia, dia membuktikan bahwa hobi yang diyakini dan ditekuni bisa membawanya bekerjasama dengan Disney. Kini Wira sudah memiliki klien besar di bidang bisnis animasi seperti : Buena Vista Games, Disney TV, Microsoft, dan masih banyak lagi. Itu baru satu dari sekian banyaknya sang pemimpi dari Indonesia.

Sebagai pemuda Indonesia, yang dipandang sebagai negara kaya raya, maka kita perlu memperkaya diri dan negeri secara nyata dengan menghadirkan mimpi-mimpi di atas tanah air. Pemuda bisa menjadi salah satu cermin dan penggerak majunya sebuah negara, maka pemuda adalah jiwa yang masih energik, juga ibarat telur emas yang akan menetas kelak sebagai sang memipi pilihan bangsa. Indonesia memerlukan banyak sang pemimpi yang mampu berkontribusi dalam menjadi pemimpin dan menjadi permata bagi negeri. Melihat keadaan pendidikan, budaya, politik, ekonomi dan sosial di negeri ini yang memiliki banyak masalah, sudah seharusnya kita bergerak, melakukan apa yang bisa kita lakukan, membuat mimpi dan memulainya dari sekarang untuk perbaikan Indonesia dan membawanya keluar untuk menjadi permata yang dipandang oleh mata seluruh dunia.

            Kini pun kita perlu sadar,bahwa Indonesia memanggil kita, menggantungkan harapannya pada bangsa yang sebenarnya penuh potensi dan mimpi. Indahnya menjadi sang pemimpi pun bisa kita rasakan saat kita mencapai mimpi tersebut, betapa bahagianya kita, betapa kita bisa berbakti untuk agama dan negeri, betapa kita akan semakin menikmati hidup dan meninggalkan banyak jejak manis untuk sekitar kita. Maka, kita harus berani menempatkan diri dalam daftar sang pemimpi Indonesia yang mampu membawa Indonesia berkilau di masa depan.

 

Referensi :

http://www.hipwee.com/motivasi/15-orang-yang-bikin-kamu-bangga-jadi-orang-indonesia/


https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=331084036979590&id=330738200347507

Pentingnya Mengabdi dengan Hati untuk Negeri

Oleh : Ida Nuraini
(Arsip : Essai untuk memenuhi syarata administrasi Seleksi VTIC Cycle 5 2016)

“Memayu hayuning sariro...Memayu hayuning bangsa...Memayu hayuning bawana...” Apa pun yang dikerjakan oleh seseorang itu, harusnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, juga bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya. Begitulah kutipan dari bapak kita, Ki Hajar Dewantara yang bisa menjadi pemantik semangat  relawan di dunia pendidikan khususnya. Relawan selalu identik dengan kebermanfaatan untuk sekitar. Relawan hadir untuk menjadi raga yang siap berkarya tanpa pamrih, juga menjadi jiwa yang selalu mengasihi dan peduli. Puncak yang ingin dicapai seorang relawan ialah melihat binar-binar mata insan lain bahagia, hingga melihat bangsa dan negeri ini mencapai kemajuan atas karya yang dipersembahkannya.
Banyak bidang yang dapat dijadikan ranah untuk mengabdi bagi seorang relawan. Salah satunya ialah bidang pendidikan. Mengapa harus menjadi relawan pendidikan? Karena, dari sanalah akan lahir dan berangkatnya generasi emas negeri ini yang kelak mampu membawa perubahan menuju masa depan Indonesia yang lebih gemilang. Dari pendidikanlah kualitas bangsa dan di negeri ini dapat diukur. Sebab, pendidikan akan mempengaruhi karakter, moral, budaya, hingga kondisi perekonomian Indonesia. Untuk itulah, betapa pentingnya menyongsong masa depan Indonesia melalui jalan pendidikan yang perlu digarap maksimal.
 Banyak hal lain yang mendasari betapa pentingnya mengabdi menjadi relawan di dunia pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa begitu menumpuknya permasalahan pendidikan di negeri ini yang belum terselesaikan. Di kancah dunia, pendidikan Indonesia masih menempati urutan yang jauh, yaitu peringkat 69. Tentu hal ini menjadi cermin bagi Indonesia yang perlu melakukan pembenahan pendidikan. Mengapa hal tersebut menjadi masalah? Sebab, itu tandanya ada yang salah dalam dunia pendidikan kita. Padahal, dahulu Indonesia menjadi tempat negara lain belajar dan bersekolah, namun kini seolah berbalik. Tidakkah hal ini membuat hati kita terketuk? Tak hanya sampai di situ, masalah lainnya ialah belum meratanya pendidikan Indonesia. Mulai dari guru kompeten yang lebih banyak di kota-kota besar, sarana dan prasarana sekolah di desa tertinggal kurang memadai, kesejahteraan guru di desa pedalaman belum terpenuhi, banyaknya anak-anak yang putus sekolah karena terdesak kebutuhan ekonomi, hingga kurikulum yang sering berganti dan tidak maksimal. Beberapa masalah tersebutlah yang menghambat kualitas pendidikan. Permasalahan tersebut merupakan tantangan dan tanggung jawab seluruh masyarakat serta pemerintah. Sebab, bagi mereka yang terdidik, maka kewajibannya ialah mendidik dan membenahi pendidikan.
Melihat permasalahan-permasalahan yang sedemikian banyaknya, maka pendidikan Indonesia membutuhkan para relawan yang siap mewakafkan dirinya sepenuh hati untuk bersinergi dan bahu-membahu. Dengan semakin banyak komunitas relawan pendidikan misalnya, akan semakin banyak daerah-daerah pedalaman yang terjamah oleh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non-formal. Dengan segenap usaha, mereka siap membangun sekolah, membantu pembiayaan pendidikan, hingga merancang sistem pendidikan yang sesuai untuk Indonesia. Mereka akan membawakan manisnya pendidikan yang sejatinya adalah hak semua anak bangsa. Komunitas relawan tersebut bisa melebarkan sayap dengan bekerjasama dengan pemerintah serta organisasi atau perusahaan yang siap mengayomi, hingga mampu menjadi penggerak pertumbuhan kualitas pendidikan secara perlahan. Semakin banyak daerah yang berkembang dan maju, maka akan semakin terlihat cahaya terang benderang di setiap pelosok negeri, sebagai tanda meningkatnya kualitas pendidikan Indonesia.
Semakin banyak relawan pendidikan yang terbiasa terjun ke lapangan, maka bisa saja kelak pemimpin Indonesia terutama pemimpin bidang pendidikan ialah salah satu di antara barisan relawan tersebut. Bisa kita bayangkan bukan, bagaimana ketulusannya dan seperti apa dia akan membawa pendidikan Indonesia? Tentu saja bukan lagi kepentingan dirinya dan jabatannya yang menjadi prioritas utama. Melainkan, bagaimana ia bisa membawa pendidikan Indonesia menjadi semakin berkualitas. Sebab, ia tahu bagaimana bibit-bibit unggul Indonesia yang haus akan pendidikan di luar sana, bagaimana pula negeri ini membutuhkan renovasi pendidikan yang lebih bermutu. Begitulah ketika tangan relawan sejati membawa kepemimpinannya ini untuk negeri. Jadi, relawan dapat membantu mengentaskan masalah-masalah pendidikan yang menjadi penghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. Hingga kelak, kualitas pendidikan Indonesia semakin meningkat di mata dunia.

Namun, menjadi relawan yang kelak mampu mengentaskan segudang permasalahan tersebut memang bukanlah ibarat jalan lurus tanpa bebatuan. Bukan pula semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, apalah arti semua hambatan dan lelah tersebut jika semua dilakukan sepenuh hati semata-mata untuk negeri, juga dilakukan dengan semangat kerjasama. Bukankah Indonesia amat terkenal dengan budaya “gotong royong” nya yang kian melekat? Alangkah akan semakin majunya pendidikan Indonesia jika gotong royong untuk pendidikan adalah hal yang menjadi visi bersama. Visi pemuda, orang tua, hingga jajaran pemangku kekuasan negeri. Sebab, gelar relawan pendidikan tak hanya bagi mereka yang tak punya kendali atau kuasa, juga bukan bagi mereka yang berada di bawah. Tapi, gelar relawan pendidikan adalah bagi mereka yang terpanggil hatinya dan tergerak langkahnya demi pendidikan yang lebih berkualitas. 

“Potensi Pemuda dan Ekonomi Kreatif dalam Pekan Raya Jakarta“


Oleh : Ida Nuraini
(Telah diikutsertakan dalam lomba EconoChanel Writing Competition 2 2016 FE UNJ)

Indonesia sebagai negara yang memiliki 62,4 juta pemuda atau sekitar 25% dari jumlah penduduk (Data BPS tahun 2015), tentu memiliki peluang besar untuk menjadi negara yang maju. Sebab, pemuda adalah aset yang berharga dan potensial dalam pembangunan negeri. Di tangan pemudalah arah bangsa ini akan ditentukan. Pemuda dengan segala impian di masa depan perlu menempatkan kemajuan Indonesia sebagai salah satu impiannya. Sebab, kelak pemudalah yang akan menggantikan para petinggi negeri untuk memimpin serta menjadi pelaku perubahan bagi Indonesia.
Jika dahulu pergerakan pemuda untuk Indonesia berupa pergerakan Budi Utomo, menggagas proklamasi kemerdekaan, Sumpah Pemuda serta perjuangan lainnya di masa sebelum kemerdekaan, maka di tengah globalisasi ini peran pemuda harus lebih dari itu. Sebab, yang dihadapi oleh Indonesia saat ini lebih berat. Globalisasi tengah mengajak Indonesia untuk memecahkan berbagai permasalahan guna meningkatkan daya saing dan mengejar ketertinggalan. Jika berbicara globalisasi, maka dua permasalahan yang perlu mendapat perhatian ialah ekonomi dan budaya. Mengapa? Karena ekonomi menjadi salah satu tolak ukur  kemajuan, kesejahteraan serta pembangunan negeri. Kemudian, banyak fakta miris terkait kebudayaan. Seperti hilangnya 14 bahasa daerah, 10 kebudayaan Indonesia yang diklaim Malaysia, baru sekitar 2.108 warisan budaya tak benda yang sudah dicatat serta masalah lainnya yang membuat eksistensi budaya di tengah modernisasi ini menjadi menurun.
Di sinilah para pemuda perlu mengambil peran nyata. Peran pemuda dalam menyelesaikan kedua permasalahan tersebut bisa dimulai dengan membangun ekonomi melalui kekayaan budaya di daerah masing-masing. Bagaimana ekonomi dan budaya bisa dipadukan? Yakni melalui ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan pemanfaatan ide berdasarkan aset kreatif dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan potensi ekonomi. Ekonomi kreatif dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang kuat. Segala sektor ekonomi kreatif bisa diciptakan dengan mengangkat unsur kebudayaan di dalamnya, sehingga perkembangan ekonomi bisa sejalan dengan peningkatan eksistensi budaya.
Jakarta sebagai pusat kota memiliki potensi ekonomi kreatif yang tinggi. Melalui Pekan Raya Jakarta (PRJ), Jakarta bisa menjadi pioner dalam mewujudkan pengembangan ekonomi kreatif berbasis kebudayaan lokal. PRJ sebagai agenda tahunan yang menghadirkan pameran seni, menampilkan produk-produk UMKM hingga perusahaan-perusahaan besar hingga hiburan lainnya menjadi daya tarik semua kalangan. Namun, bagaimana peran pemuda di dalamnya? Dalam pelaksanaan PRJ ini, pemerintah daerah serta pihak penyelenggaran perlu menjadikan komunitas dan organisasi pemuda setempat sebagai mitra kerja sama. Banyaknya komunitas dan organisasi pemuda Jakarta bisa menjadi kekuatan dalam menyebarluaskan kegiatan ini, baik dari awal maupun hingga kelanjutan kegiatan.
Banyak posisi yang bisa ditempati oleh pemuda. Pemuda Jakarta bisa menjadi duta budaya  dan ekonomi kreatif di dalamnya. Dalam konteks budaya, pemuda bisa membantu menjadi kepanitiaan yang menyusun keberlangsungan kegiatan, membantu mempromosikan kegiatan ini melalui media sosial secara massif dan kreatif hingga terlibat langsung dalam pagelaran seni budaya yang ditampilkan. Dalam konteks ekonomi kreatif, para pengusaha muda yang bergelut di bidang industri kreatif bisa turut memasarkan produknya. Dengan memadukan peran pemuda dikedua aspek tersebut, ke depannya pemuda menjadi semakin merasa memiliki Pekan Raya Jakarta, yang kemudian membuatnya berpikir jauh untuk membuat pembaruan tiap tahun, hingga berdampak pada revolusi mental. Revolusi mental di sini maksudnya, pemuda terbiasa dekat dengan budaya, yang kelak akan dikembangkan dan dituangkan dalam ekonomi kreatif. Selain itu, Pekan Raya Jakarta ini bisa menjadi kegiatan percontohan bagi daerah lain dalam hal menguatkan perekonomian melalui pelestarian budaya lokal. 

WANITA ADALAH SINAR DUNIA


Kita pasti tak asing lagi dengan kalimat “Jika dunia ibarat perhiasan, wanitalah sebaik-baik perhiasan dunia.” Wanita itu indah dengan segala nalurinya. Wanita itu tangguh di balik kelembutannya, meski air matanya tak jarang berlinang menghadapi geramnya liku kehidupan. Di mana pun berada, wanita yang seringkali disebut sebagai sebaik-baiknya perhiasan dunia memanglah indah dengan segala karakteristiknya. Layaknya perhiasan yang indah nan mahal harganya, pastilah tetap memiliki ciri khas tersendiri, tergantung bagaimana proses yang dijalani semasa hidup hingga menjadikannya “sebaik-baik perhiasan dunia”. Bagaimana sih wanita-wanita yang mampu melakukan banyak hal tanpa menutupi nalurinya sebagai makhluk yang begitu santun dan lemah lembut?
            Jika disebut “Mawar berduri di tepi jurang”, apa yang ada di benak kita?
Setiap kali kita mendengar kata ‘mawar’, pastilah yang terbayangkan ialah keindahan dan harumnya yang memikat. Namun, yang menarik ialah jika kita ibaratkan wanita yang cantik dan amat berharga ialah seperti mawar berduri di tepi jurang. Mengapa? Ia cantik, indah dan mempesona, namun dengan duri yang ibarat ketegasannya, ia mampu melindungi harga dirinya sehingga tak semua lelaki bisa menyentuhnya. Ia di tepi jurang, tak bisa dipetik dengan mudah. Lelaki yang menginginkannya ialah lelaki yang sungguh-sungguh dan rela berkorban meski dengan nyawa sekali pun. Indahnya, jika semua wanita di dunia seperti itu.
            Kemudian, wanita juga bisa menjadi pemimpin sekali pun ia tetap dipimpin oleh seorang laki-laki. Ia bertanggung jawab memimpin dirinya sendiri guna menjadi cahaya bagi kedua orang tua, saudara, suami dan anak-anaknya kelak. Ia adalah tangan pertama yang mampu mencetak generasi emas, dimulai dari dalam kandungannya. Ialah penuntun pertama bagi langkah anak-anaknya. Ia mampu berdedikasi dan mengikhlaskan dirinya menjadi energi terbesar untuk membangun karakter generasi bangsa yang berkualitas. Dengan segala kelembutan, kesantunan dan ketangguhannya, ia siap berdiri tegak menjadi batu karang yang kokoh.
            Wanita juga berhak bahkan mampu menjadi pemimpi sejati. Ia boleh dan bahkan harus mempunyai pendidikan dan cita-cita yang mulia. Ia boleh saja bermimpi memiliki keahlian dan profesi di bidang tertentu yang mungkin seringkali digeluti oleh kaum laki-laki, asalkan ia tetap mempertahankan jati diri dan kodratnya sebagai wanita. Wanita memang dibekali dengan segala potensi yang bisa menjadikannya begitu berarti dan berharga untuk dunia.
Sekali pun kelak ia menjadi ibu rumah tangga, ia tetap bisa menjadi wanita karier di istana keluarga pada khususnya dan di masyarakat pada umumnya. Kita bisa mengambil contoh beberapa kisah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ada seorang ibu rumah tangga yang tidak berpendidikan tinggi sekali pun, ia bisa menjadi wirausahawati di bidang kuliner berkat kegigihannya dan ketelatenannya dalam mendalami hobinya. Kita pasti tak heran jika wanita bisa memasak, bukan? Namun, hal itu tentu berbeda dengan ibu rumah tangga yang bisa mengambil peluang dari kesehariannya memasak yang kemudian dijadikan peluang bisnis. Selanjutnya, ia bisa memperkerjakan beberapa karyawan, di mana mampu mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Di samping itu, semua kewajibannya di istana keluarganya tidak terlupakan.
Ada pula wanita yang mendedikasikan sisa hidupnya untuk pengabdian masyarakat, yaitu di bidang pendidikan. Siapa yang tidak kenal dengan Ibu Een Sukaesih? Ia adalah guru sejati, pendidik yang gigih, dan pahlawan yang dicintai. Ia adalah sosok yang belum lama ini telah berpulang ke Rahmatullah. Begitu sedihnya langit Indonesia saat itu mendengar kabar kepergiannya. Sosok guru dari Sumedang yang dalam keadaan tak berdaya raganya, namun hati dan penglihatannya memancarkan semangat membara untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Ia tak pernah kenal lelah atau pun tangisan meski keadaannya tak sempurna. Setiap ayat ilmu ia salurkan penuh ketekunan di atas ranjang yang menjadi tumpuan sisa hidupnya. Ialah salah satu wanita sejati yang selalu dirindukan oleh penghuni dunia dan surga. Ialah salah satu mutiara berharga di antara kaum wanita di negeri ini.
Beberapa contoh di atas barulah sedikit dari wanita yang mampu menjadikan dirinya indah dan dikenang. Masih banyak lagi, bahkan hingga jutaan atau pun milyaran wanita yang sejatinya menjadi figur baik bagi kita. Di tangan seorang wanita, ada banyak jalan yang mampu mengindahkan masa depan keluarga, nusa, bangsa dan agama. Tak harus segera bersinar untuk dunia, namun minimal wanita harus menyinari dirinya sendiri. Menjadikan lebih indah atas apa yang telah Tuhan hadiahkan pada diri tiap wanita. Semua kecantikan, kelembutan, keanggunan dan keindahan seorang wanita tak akan lengkap tanpa prestasi. Semua hal yang menjadi kelebihan dan kebaikan seorang wanita adalah sebuah prestasi. Prestasi yang  sejatinya mampu dirasakan oleh orang-orang yang ada di dekatnya. maka dengan itulah, wanita mampu menjadi ‘sinar’ dalam kaca mata dunia.

Jakarta, 20 April 2015

SEBIRU LANGIT HIDAYAH-NYA


Oleh : Ida Nuraini
(Menjadi karya 8th The Best Lomba Kisah Inspiratif Muslimah dalam Event Temu Ilmiah Regional Jabodetabek  oleh Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam bekerja sama dengan BSO Kelompok Studi Ekonomi Islam FE UNJ, Februari 2016 di UNJ. Karya ini sudah dibukukan bersama karya peserta lainnya )
            Seperti halnya remaja lain di tengah masa pencarian jati diri. Aku yang tengah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama pun begitu mudah terombang-ambing dalamdilema hidup. Mulai dari cinta, gaya hidup, idola, hingga hal lainnya yang merambah dan memasuki hidupku. Bersama dua orang perempuan, Mutia dan Sari, aku menjelajah masa SMP.
            “Arini... Buat apa menggalaukan dia? Apakah dia memikirkan lo? Udah lah, masih banyak cowok lain kok. Gak Cuma dia. Lupain dia, masih ada gua dan Sari. Nanti gua cariin yang lebih baik” hibur Mutia.
            Menangisinya yang pernah kuanggap sebagai dambaan hati namun kini telah pergi. Serasa langit runtuh. Terkadang logikaku berpikir bahwa hal itu berlebihan, namun siapa nyatanya hatiku demikian rasanaya. Ya, meskipun tidak berpacaran, hanya teman dekat yang sekedarnya saja mengobrol via sms.  Aku memang tak pernah berjalan berdua dengannya. Aku bertemu dengannya hanya beberapa kali karena memang rumahnya dekat dengan Sari.
            “Kita bertiga kan sama-sama pernah merasakan patah hati. Udah lah yuk kita cari yang lain, aja” sambut Sari sambil menyodorkan ice cream kesukaan kami.
            Sejak saat itu, aku pun sengaja didekatkan oleh kedua sahabatku dengan laki-laki lain hingga kami pun berpacaran. Ya, sama seperti sebelumnya kami selalu saja dekat via sms. Bertemu hanya saat aku dan kedua sahabatku ada perlu belajar bersama menjelang Ujian Nasional.
Tak hanya cinta. Seringkali aku dan kedua sahabatku main sepulang sekolah tanpa izin kepada orang tuaku. Sari sudah diperbolehkan mengendarai motor sejak SMP karena memang rumahnya jauh, di Ciledug. Bermodalkan helm dan jaket, dia berani menerobos jalan raya yang begitu jauh dari rumahnya. Tak jarang pula, kami nekat berbonceng bertiga sampai ke rumah Sari. Ya, hanya dengan satu helm.
            “Wah, Sar, gimana nih ada polisi tuh lagi razia. Gawat nih bahaya kita. terobos aja ya, gua salip mobil dan motor yang ada” ucapku dengan rasa khawatir mengendarai.
            Tin.... tinnn......
            Klakson mobil-mobil di sampingku tak ku pedulikan. Terus saja kupercepat laju motor ini meski beberapa centimeter lagi mungkin kami bisa bertabrakan.
            Akhirnyaa.....
            “Huff.... Untung selamat. Bisa juga lu rin nerobos dua mobil begitu. Untung polisinya lagi ngerazia orang lain jadi mereka gak liat kita” Mutia begitu lega ku lihat dari ka  ca spion.
            Tak hanya sekali kami nekat menerobos kendaraan lain demi menghindar polisi. Hal itu melekat menjadi kebiasaan kami. Beberapa kali juga kami sering mengalami kecelakaan kecil hingga sedang. Tapi kami tak pernah jera.
            Saat masuk SMK, kami berpisah sekolah. Aku masuk sekolah negeri dan kedua temanku di sekolah swasta. Di awal masuk sekolah, aku berkeinginan untuk tidak mengenakan jilbab.
            “Mamah, Arini gak usah pake jilbab ya di SMK. Kan ini SMK negeri. Dulu kan pas SMP itu SMP Islam jadi wajib pakai jilbab. Arini mau rasain gak pakai jilbab ke sekolah biar kaya perempuan-perempuan lain” tawarku pada mamah yang kalaitu akan membelikanku seragam sekolah.
            “Apa kamu bilang? Gak! Mamah gak setuju. Perempuan itu wajib berjilbab” mamahku mulai geram mendengar permintaanku.
“Tapi mah... Arini mau ikut ekskul basket, PMR dan paduan suara. Kurang bebas kalau pakaijilbab. Plis, ya mah...” tak menyerah aku menawar.
“Kalau kamumau nekat begitu. Silakan tapi mamah gak akan bayarin sekolah kamu, mulai dari seragam, buku dan semuanya. Ingat itu!” amarah mamah benar-benar mengagetkanku.
“Eh, eh jangan mah. Mana bisa Arini bayarin sekolah sendiri. Hhhh... yaudah deh Arini nurut aja sama mamah.” Aku terpaksa berjilbab dengan niat setengah-setengah.
Aku begitu iri melihat siswi lain tak berjilbab begitu bebas. Mereka bisa merias cantik rambutnya dengan berbagai model dan terlihat begitu anggun. Aku tetap nekat mencoba  mengambil formulir ekskul basket. Kupikir aku bisa menggunakan seragam yang panjang dan berjilbab.
Esok harinya, ditemui oleh kakak kelas yang saat masa orientasi menjadi penanggung jawab kelasku dan dia bersama temannya menawarkan formulir rohis kepadaku.
“Duhh... Aku nolak gak enak nih. Apa aku ikut dua ekskul aja ya?” gumamku dalam hati.
“Yuk, Rin masuk Rohis. Kamu pas SMP rohis juga kan?” kak Rohmah memberikan formulir itu
“Iya tapi bosen ka, Rohis SMP begitu-begitu aja. Aku pengen si, tapi bingung.”
“Eitt... Tenang aja, di sini Rohisnya beda. Banyak nih kegiatannya. Salah satunya mentoring” balas ka Lisa sambil menunjuk gambar sekumpulan orang yang tengah melingkar.
“Mentoring apa ka?” jawabku penuh tanya.
“Nanti kamu akan tahu sendiri kok kalau udah masuk Rohis” jawab kak Rohmah penuh senyum.
“Oke kak, aku coba deh” entah ini terpaksa atau tidak.
Keesokan hari aku mengumpulkan formulir itu dan beberapa hari setelahnya aku dan teman rohis lainnya dikumpulkan dalamsatu lingkaran. Beratapkan birunya langit yang bersinar terang, kami duduk melingkar di tepi lapangan sekolah. Sungguh teduh kurasakan. Ternyata kak Rohmah menjadi murobbiku yang pertama kali. Baru kali ini aku merasakan mentoring. Aku dengan seksama memperhatikan gaya bicara hingga isi pembahasannya. Kak Rohmah begitu energik dan cerdas. Aku nyaman di lingkaran ini. Ku tatap langit, ia pun bak tersenyum merona ibarat ikut bahagia. Tak terasa hatiku seperti menangis. Menangis menyambut datangnya hidayah dari-Nya.
“Terima kasih ya Allah,kau berikan hidayah-Mu lewat lingkaran kecil ini. di bawah birunya langit-Mu, aku dipertemukan dengan sosok kakak yang mampu mengetuk hatiku” lirihku dalam hati.
“Muslimah yang baik itu ciri-cirinya ialah muslimah yang taat. Dengan berhijab, kita sudah mentaati salah satu perintah Allah, dek. Dengan hijab, kita tetap bisa tampil sebagai muslimah yang cerdas, berprestasi dan mengisnpirasi” nasihatnya yang begitu menusuk hati. Sejak saat itu ia menjadi contoh untukku.
Ia pun mulai mengerti bahwa aku ini hanya seorang perempuan yang ingin berhijrah dengan mantap. Aku pun mulai diikutsertakan dalam kegiatan kepanitiaan di Rohis yang membuatku semakin berubah. Aku mulai berani mengenakan jilbab panjang dan tidak transparan yang dulunya ku anggap itu hal aneh.
Betul saja, ketika kita selangkah mendekat kepada Allah. Maka Allah seribu langkah mendekati. Aku dipertemukan dengan keluarga Rohis yang begitu tulus menemani hijrahku. Akhwat-akhwat tangguh yang selalu membuat hidupku bermakna.
Sejak saat itu, aku selalu merindukan birunya langit yang menjadi saksi akan kemantapan hatiku untuk berhijrah. Aku pun memutuskan pacarku sejak aku mengenal mentoring dan masuk kepengurusan Rohis karena aku ‘tertampar’ sendiri di tengah kesibukanku menjadi aktivis. Aku mulai memperbaiki gaya hidupku yang dulu begitu hambar. Kini, aku telah menemukan sesuatu yang hilang dalam hidupku. Maha Romantis Allah, Sang Pemilik langit biru.
























Kesedihan Langit Indonesia (Untuk Ibu Een Sukaesih)





Oleh : Ida Nuraini
(Puisi telah dibukukan menjadi antologi puisi bersama karya peserta lomba lainnya dengan judul buku “Kisah Dalam Tasbih” oleh Aria Mandiri Penerbit , Bandung, Maret 2015)

Di atas tanah Indonesia
Di bawah atap kota Sumedang tepatnya,
Sang bunda harapan bangsa
Telah berpulang kepada Sang Kuasa...
            Langit bersedih, dan bumi menangis
            Mengiringi senyum terakhir yang termanis
            dari pejuang tangguh ranah pendidikan
            yang semangatnya menggelegar dalam kehidupan.
Haru biru, sendu dan pilu
Bersatu padu dalam lukisan cinta dan do’a untukmu.
Hari itu Indonesia ditinggalkan cahayamu
Sebagai guru sejati dan pendidik teladan bagi negerimu
            Terima kasih bu Een, dengan  kokohnya semangat dan hati
            Kau lupakan sakit yang kita menguasai diri
Hingga jutaan anak bangsa membingkai rapi
            Ketulusan pengabdianmu bagi ibu pertiwi
Engkau berhasil memperjuangkan kecerdasan bangsa
Di atas prestasi yang kau rajut tanpa kenal masa
Segala sakit kau ucap bagai nikmat jiwa dan raga
Bukan tembok yang membatasi langkah
            Kau adalah lentera negeri kami
            Meski raga tak lagi berdiri di bumi pertiwi,
tapi jiwa dan hatimu tetap di sini
Menyinari perjalanan pendidikan di negeri ini.





SERPIHAN SEMANGATKU

(Salah satu karya antologi terpilih dari Aria Mandiri Penerbit)



Jika hidup hanya sekedar untuk hidup
Mungkin jeritan ini terus meminta pada-Mu
agar ketidakberdayaan ini Kau sempurnakan...
Jika hidup hanya untuk kesenangan belaka
Mungkin ragaku yang ringkih terus mencari-Mu
untuk meminta Kau kembalikan keutuhan tubuh ini...
Dan jika hidup hanya untuk diri sendiri
Mungkin air mata akan mengalir sepanjang hari
meminta kelengkapan fisik untuk hidup...
Tapi... Jalan hidup ini terlalu indah...
Hingga aku malu menutut pada-Mu Tuhan...
Hidup ini begitu terasa manis
Hingga aku lupa akan kekuranganku...
Dalam hidup ini begitu banyak yang menyayangiku
Hingga aku bangkit dari kesakitan...
            Setiap derap langkahku
            Ku intip ribuan kilau cahaya yang menanti di ujung jalan
            Ku gali serpihan semangat yang akan memikul tubuhku
            Agar ku mampu berlari mengejar mimpi
            Layaknya mereka yang sempurna...
            Tak peduli apa yang tak ku punya
            Karna apa yang kupunya selalu mengajarkanku berdiri tegak
            dan nurani selalu mengajariku mengucap syukur...
            Desingan dan lambaian angin
            mengabarkan semangat cinta dari-Mu
            sebagai tanda Kau tak pernah lengah menguatkanku...
Dengan lekukan senyum yang mengembang di pipi
Walau raga tak sempurna, hatiku tetap kokoh merajut semangat...
Ku hadapi dan ku hayati rantai kehidupan dari-Mu
Ku kejar asa dan cita yang ku tulis di atas langit-Mu...




DI BAWAH NYANYIAN HUJAN



Oleh : Ida Nuraini
(Menjadi salah satu puisi terpilih dari ratusan peserta se-Nasional lainnya yang dibukukan menjadi antologi puisi berjudul “Hujan Punya Cerita” , Penerbit : Aria Mandiri Penerbit)

Sore itu, senja bermanja pada kelabu
Hingga mendung menyelundup sang langit biru
dan menyudutkanku pada titik kesendirian.
Desau angin kian membaca cerita
namun aku hanyut dalam lamunanku.
Setetes air hujan jatuh dan singgah di wajahku.
Enggan ku usap,
karena ku rasakan nikmatnya setetes cinta-Mu
dari langit yang merengkuh dalam beku.
Saat setetes hujan menjadi seratus,
bahkan ribuan, jutaan dan milyaran tetes,
sebanyak itulah rinduku nampak jelas menari-nari.
Aku bahagia mendengar hujan yang bernyanyi
Mengantarkan senja yang berpulang bersama harmoni.
Hujan...
Kau memahami, sang bunga kecil ini butuh kesejukan
di atas tangan berisi bait-bait do’a yang kupanjatkan,
kala jiwa bagai ranting kering dalam penantian.
Di bawah nyanyian hujan
Aku berpayung dengan kenangan.
Kenangan yang tulus memaksaku
            enggan berlalu dari kisah yang abadi dalam ingatan.
Rintik hujan pernah memeluk erat cerita kita
Menyaksikan janji menjadi sahabat selamanya.
Kita berlari dan menghangatkan hari bersama-sama
Menjadi barisan dari kilauan bumi dan angkasa.
Air langit yang membingkai air mata
Biarlah menjadi mutiara yang berkilau
Bagai cahaya mentari di tengah hujan.
Gemuruh petir sesukanya memecah keegoisan
yang terus memaksa langkah untuk sejalan.
Sahabat, saksikanlah hujan dari jendela rumahmu,
dengarlah alunan melodinya yang anggun merayu telinga.
Sahabat, ijinkan telingamu mendengar
kalimat rindu yang terus berdetak bak putaran arloji             
Hingga hujan mengalahkan laju detiknya.
Ingatkah saat kita menembus derasnya hujan?
Dan kita jatuh hati pada nada-nada hujan
di atas payung yang kita hamparkan.
Sahabat...
Di bawah nyanyian hujan,                 
ku biarkan tetesan rindu ini berjatuhan
membasahi bunga-bunga cantik nan bermekaran,
untuk ku persembahkan atas persahabatan kita
di bawah langit yang tersenyum bahagia.
Jakarta, 01 Januari 2015.