Essai
“Hijrah”
“Membuat Hijrah Semakin Berkah”
Oleh : Ida Nuraini
(Arsip : Syarat seleksi Duta Muslimah UNJ 2016)
“Hijrah tidak akan terhenti hingga terputusnya pintu
taubat, dan pintu taubat tidak akan terhenti hingga matahari terbit dari
barat.” (HR Abu Dawud). Ini lah hijrah, jalan yang begitu panjang dan penuh
ujian hingga waktu yang tersedia begitu luas. Ini lah hijrah, yang di sana kita
akan menemukan terangnya cahaya di atas cahaya. Di sana lah jalannya
manusia-manusia yang terpanggil hatinya untuk menghapus masa kelamnya menjadi
masa terangnya.
Siapa sih orang yang berhijrah itu? Ini dia sahabat,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang beriman dan berjihad
di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Mah Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Baqarah : 218). Orang yang berhijrah tentu amat
mengharapkan ampunan, maaf dan rahmat dari-Nya. Orang yang berhijrah juga ia
yang haus akan petunjuk menuju jalan kebaikan karena ia sesaat pernah berjalan
di jalan yang membuatnya terjerembab dalam kesalahan dan penyesalan.
Tidak ada manusia yang hidup tanpa butir kesalahan.
Jika kita bisa melihat kertas kehidupan kita, mungkin kita akan menangis dan
kesal sebab banyak coretan lupa, khilaf dan salah. Mungkin warnanya mengalahkan
tinta emas kebaikan yang kita torehkan. Karena, sejatinya hidup ini adalah
perjalanan panjang yang akan mengantarkan kita ke rumah tempat kembali. Dan
dalam perjalanan ini, kita hanyalah manusia biasa yang tidak terbebas dari
godaan. Kita hanya insan biasa yang memerlukan banyak alarm sebagai pengingat.
Siapa sih orang yang tidak pernah mempunyai masa
kelam? Masa-masa di mana seakan hidup tiada makna dan hati terasa hambar. Waktu
di mana seakan kita buta, bisu dan tuli atas kesalahan yang menggerayangi diri.
Astaghfirullah. Saat-saat yang mungkin kita akan menangis dan kecewa
mengingatnya. Namun itulah jalan yang kita lalui. Itulah kisah yang membuat
kita banyak belajar. Itu lah batu loncatan yang mengantarkan kita pada jalan
hijrah penuh hikmah. Jalan hijrah yang Allah berikan di atas hidayah bagi yang
mau menjemputnya. Dimensi waktu yang menjelma kelam menjadi terang.
Namun bagaimana jika kita sudah berada di tengah jalan
hijrah, justru ujian bertubi-tubi? Jasad tertatih melangkah, hati lelah, dan
pikiran seakan kacau. Haruskah kita berbalik arah? Eitss, tidak sahabat. Jangan
sekali-kali lakukan itu! “....Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Q.S Al-Insyiraah :
5-6) . Nah, begitulah kalimat cinta-Nya menguatkan diri kita atas kesulitan
yang kita hadapi, sampai Allah mengulangi firman-Nya. Tahukah bahwa ujian di
tengah proses hijrah adalah salah satu jembatan menuju keberkahan hijrah?
Mengapa? Sebab, jika kita lulus dalam ujian ini, hijrah kita tidak hanya
berhasil. Namun, Allah akan meninggikan derajat kita, semakin mencintai dan
melindungi kita serta meridhoi tiap langkah kita. Di sana lah derasnya
keberkahan akan terus melimpah.
Lalu, selain meminta kekuatan dalam menghadapi ujian,
bagaimana lagi ? Nah, selama proses hijrah, daripada kita mengeluh akan ujian,
lebih baik mengisi hari-hari hijrah dengan hal yang positif. Pertama, lihat
kembali niat kita dalam berhijrah. Koreksi dan perbaiki jika kita sudah salah
niat. Niatkan lah untuk Allah, lillah. Bukan karena ingin dilihat orang, bukan
karena harta, tahta dan dunia. Selanjutnya, seringlah berkumpul dengan
sahabat-sahabat yang baik dan selalu mengingatkan dalam kebaikan. Ini bukan
berarti memilih-milih teman dan tidak mau berteman dengan yang belum baik.
Sebagai orang yang di tengah hijrah, tentunya kita membutuhkan banyak asupan
dan lingkungan yang baik. Di sini lah kita membutuhkan sahabat karib yang
menyayangi dan menemani langkah hijrah kita. Namun bukan hanya sahabat, kita
juga perlu mendapat saran dari orang tua, guru dan mentor. Mereka semua lah
yang menjadi tangan-tangan Allah untuk membantu hijrah ini. Selain itu,
seringlah mendatangi majelis ilmu yang di sana kita akan belajar banyak hal dan
mendapatkan motivasi besar dalam berhijrah. Karena, berhijrah pun butuh ilmu
yang nantinya akan kita jadikan amal.
Selama berhijrah, kita juga bisa sambil berdakwah.
Dakwah bisa dimulai dari hal kecil yang sudah kita tahu dan kita jalani loh.
Bisa ke teman dekat, keluarga dan saudara. Jadi, kita akan bareng-bareng
merasakan atmosfer kedekatan dengan Allah hingga jalan hijrah kita semakin
berkah dan mantap. Ada lagi nih. Kita harus pandai membuat targetan perbaikan
diri. Baik dalam hal ruhiyah, jasadiyah, akhlak, intelektual dan hal lainnya
yang mencakup diri kita. Dengan begitu, jalan hijrah kita menjadi terarah dan
kita bisa melihat sendiri perubahannya.
Untuk beristiqomah di jalan hijrah, teruslah membuat
tekad dan prinsip yang kuat. Teruslah isi jalan hijrah ini dengan bekal-bekal
yang cukup. Niscaya, Allah akan memberkahi dan menyematkan keistiqomahan dalam
diri. Manfaatkanlah jalan hijrah dan taubat sebagai ruang-ruang cinta-Nya yang
penuh keberkahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar