Sang langit mulai
membelah diri
menjadi gelap
gulita dari tempatku memandang.
Di sini, malam
pekat bagiku,
dan di sana,
engkau pun bersama gelap
yang mungkin
menghadiahkan kejora bagimu.
Namun, belum bagi
malamku.
Malamku masih
bercengkrama
dengan rinai
rindu pada keelokan cahaya mimpi.
Jika mimpi dalam kejora
hanya bisa muncul pada gelapnya malam,
maka kan pasti ku berdoa agar malamku takkan sirna..
Meski aku benci tertidur bersama rindu
Meski aku benci tertidur bersama rindu
namun aku bahagia bertemu kejora dalam pejam..
Malam, begitu gelap dan dingin yang terindra..
Malam, begitu gelap dan dingin yang terindra..
Kupetik cahayamu, kugantungkan pada helai rambutku,
maka malamku mendapatkan sinarnya dalam benakku.
Lihatlah, betapa
mengedipkan bahagia kejora di sana...
Rindu tak kalah
menyala-nyala
di balik tidur
dalam dekap kejora,
menciutkan
keberanianku menyimpan kejora
di balik raut
wajah agar kutumpahkan senyum esok pagi.
Silaulah malamku
dalam mimpi.
Bahagia dan
kesakitan kala tidur beratap rindu,
berbenturan bak
petir menyambar mimpi indahku.
Ke mana mimpi
indah yang kau gantungkan cahaya pada rambut itu?
Aku meraba,
semakin pekat tak terungkap.
Selayaknya helai rambut yang tipis..
setipis itu juga cahaya yang tersembunyi..
Namun cahaya itu mampu menyinari malam rindu mu.
Sulit memang.. Namun nyata..
Bahkan kejoramu baru bisa bersinar dan slalu bersinar
Bahkan kejoramu baru bisa bersinar dan slalu bersinar
di dalam kerdilmu ketika cahaya itu kau dapatkan.
Malam
pekat... Kejora kan bersinar...
Dan
sebuah hal yang bernama rindu
masih
saja bertebaran sesukanya.
Mana
bisa kusingkirkan?
Sebab
mereka ternyata berkawan. Kawan sejati mungkin.
Mereka
tengah berbisik menyambung mimpi malam ini.
Hendak
diantarkan ke mana diri sang bunga kecil ini?
>>>
Ida, Endah <<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar