Jumat, 27 Januari 2017

MALAM, SI KEJORA DAN RINDU



Sang langit mulai membelah diri
menjadi gelap gulita dari tempatku memandang.
Di sini, malam pekat bagiku,
dan di sana, engkau pun bersama gelap
yang mungkin menghadiahkan kejora bagimu.
Namun, belum bagi malamku.
Malamku masih bercengkrama
dengan rinai rindu pada keelokan cahaya mimpi.
Jika mimpi dalam kejora
hanya bisa muncul pada gelapnya malam,
maka kan pasti ku berdoa agar malamku takkan sirna..
Meski aku benci tertidur bersama rindu
namun aku bahagia bertemu kejora dalam pejam..
Malam, begitu gelap dan dingin yang terindra..
Kupetik cahayamu, kugantungkan pada helai rambutku,
maka malamku mendapatkan sinarnya dalam benakku.

Lihatlah, betapa mengedipkan bahagia kejora di sana...
Rindu tak kalah menyala-nyala
di balik tidur dalam dekap kejora,
menciutkan keberanianku menyimpan kejora
di balik raut wajah agar kutumpahkan senyum esok pagi.
Silaulah malamku dalam mimpi.
Bahagia dan kesakitan kala tidur beratap rindu,
berbenturan bak petir menyambar mimpi indahku.
Ke mana mimpi indah yang kau gantungkan cahaya pada rambut itu?
Aku meraba, semakin pekat tak terungkap.


Selayaknya helai rambut yang tipis..
setipis itu juga cahaya yang tersembunyi..
Namun cahaya itu mampu menyinari malam rindu mu.
Sulit memang.. Namun nyata..
Bahkan kejoramu baru bisa bersinar dan slalu bersinar
di dalam kerdilmu ketika cahaya itu kau dapatkan.

Malam pekat... Kejora kan bersinar...
Dan sebuah hal yang bernama rindu
masih saja bertebaran sesukanya.
Mana bisa kusingkirkan?
Sebab mereka ternyata berkawan. Kawan sejati mungkin.
Mereka tengah berbisik menyambung mimpi malam ini.
Hendak diantarkan ke mana diri sang bunga kecil ini?


>>> Ida, Endah <<<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar