Kamis, 18 Juni 2015

Jalan Hijrah

Aku tak perlu lagi mengeja tiap kata yang menari dalam tiap hembus nafas. Aku juga tak perlu lagi mengetuk harimu yang tak mampu menutup waktu yang lelah. Bahkan aku tak perlu lagi mencari bayang jejak kaki sejatinya tak pernah ku mengerti arahnya. Biarlah malam yang panjang kuhabiskan bersama impian yang ku letakkan di atas mimbar cahaya dalam do'a. Mungkin bukan atas nama yang mengindahkan juga menyakitkan. Namun, atas nama yang membersamai tiap masa dalam lembaran jalan yang begitu panjang. Bukan lagi kegamangan, bukan lagi harap semu, dan bukan lagi pilu tanpa akhir.

Telah ku tahu, kau tak berpayung dengan rasa iba dan tak tega. Senja pun tahu, pudar sudah warna yang selama ini aku salutkan. Hingga kau membiarkan percikan geramnya hujan dari sudut langit yang katanya kau lindungi. Nyatanya, bagai kupu-kupu yang kini berkelana ke mana pun sesukanya, takk ada sesosok mata di bawah sayapnya yang memberi tangan untuk ia kembali. Ia pun semakin terbang tinggi dan jauhhhhh...

Setiap lekuk senyum yang kuhadiahkan, itulah kemurnian yang kepersembahkan meski berat ku pikul. Setiap air mata yang ku tadahkan dengan tanganku, itulah ketegaran yang akhirnya terluapkan. Bukan soal percaya tidak percaya, tapi ini soal pemahaman dalam senandung bathin yang tak pernah nampak namun seharusnya terasa. Tinta pena yang pernah kutuliskan,ku harap tak pernah lekang. Kini..... Pejamkanlah mata.... Dan..... lihatlah.... Aku akan hijrah bersama buih-buih harapan yang masih tertata rapi.

Aku ingin berhijrah....
Dari keterpurukan yang pernah mendekap hingga aku tak berdaya...
Aku ingin berhijrah...
Dari masa kelam yang menyepikan langkahku...
Aku ingin berhijrah...
Dari kesakitan yang menghayutkan semangatku...
Aku ingin berhijrah...
Ke tempat di mana akan ku temukan cahaya cinta-Mu yang tak pernah padam...