Oleh : Ida Nuraini
(Arsip : Essai untuk memenuhi syarata administrasi Seleksi VTIC Cycle 5 2016)
“Memayu
hayuning sariro...Memayu hayuning bangsa...Memayu hayuning bawana...”
Apa pun yang dikerjakan oleh seseorang itu, harusnya bisa bermanfaat bagi
dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, juga bermanfaat bagi manusia di
dunia pada umumnya. Begitulah kutipan dari bapak kita, Ki Hajar Dewantara yang
bisa menjadi pemantik semangat relawan
di dunia pendidikan khususnya. Relawan selalu identik dengan kebermanfaatan
untuk sekitar. Relawan hadir untuk menjadi raga yang siap berkarya tanpa pamrih,
juga menjadi jiwa yang selalu mengasihi dan peduli. Puncak yang ingin dicapai
seorang relawan ialah melihat binar-binar mata insan lain bahagia, hingga melihat
bangsa dan negeri ini mencapai kemajuan atas karya yang dipersembahkannya.
Banyak bidang yang
dapat dijadikan ranah untuk mengabdi bagi seorang relawan. Salah satunya ialah
bidang pendidikan. Mengapa harus menjadi relawan pendidikan? Karena, dari
sanalah akan lahir dan berangkatnya generasi emas negeri ini yang kelak mampu
membawa perubahan menuju masa depan Indonesia yang lebih gemilang. Dari
pendidikanlah kualitas bangsa dan di negeri ini dapat diukur. Sebab, pendidikan
akan mempengaruhi karakter, moral, budaya, hingga kondisi perekonomian
Indonesia. Untuk itulah, betapa pentingnya menyongsong masa depan Indonesia
melalui jalan pendidikan yang perlu digarap maksimal.
Banyak hal lain yang mendasari betapa
pentingnya mengabdi menjadi relawan di dunia pendidikan. Seperti kita ketahui
bahwa begitu menumpuknya permasalahan pendidikan di negeri ini yang belum
terselesaikan. Di kancah dunia, pendidikan Indonesia masih menempati urutan
yang jauh, yaitu peringkat 69. Tentu hal ini menjadi cermin bagi Indonesia yang
perlu melakukan pembenahan pendidikan. Mengapa hal tersebut menjadi masalah?
Sebab, itu tandanya ada yang salah dalam dunia pendidikan kita. Padahal, dahulu
Indonesia menjadi tempat negara lain belajar dan bersekolah, namun kini seolah
berbalik. Tidakkah hal ini membuat hati kita terketuk? Tak hanya sampai di
situ, masalah lainnya ialah belum meratanya pendidikan Indonesia. Mulai dari
guru kompeten yang lebih banyak di kota-kota besar, sarana dan prasarana
sekolah di desa tertinggal kurang memadai, kesejahteraan guru di desa pedalaman
belum terpenuhi, banyaknya anak-anak yang putus sekolah karena terdesak
kebutuhan ekonomi, hingga kurikulum yang sering berganti dan tidak maksimal. Beberapa
masalah tersebutlah yang menghambat kualitas pendidikan. Permasalahan tersebut
merupakan tantangan dan tanggung jawab seluruh masyarakat serta pemerintah. Sebab,
bagi mereka yang terdidik, maka kewajibannya ialah mendidik dan membenahi
pendidikan.
Melihat
permasalahan-permasalahan yang sedemikian banyaknya, maka pendidikan Indonesia
membutuhkan para relawan yang siap mewakafkan dirinya sepenuh hati untuk
bersinergi dan bahu-membahu. Dengan semakin banyak komunitas relawan pendidikan
misalnya, akan semakin banyak daerah-daerah pedalaman yang terjamah oleh
pendidikan, baik pendidikan formal maupun non-formal. Dengan segenap usaha,
mereka siap membangun sekolah, membantu pembiayaan pendidikan, hingga merancang
sistem pendidikan yang sesuai untuk Indonesia. Mereka akan membawakan manisnya
pendidikan yang sejatinya adalah hak semua anak bangsa. Komunitas relawan
tersebut bisa melebarkan sayap dengan bekerjasama dengan pemerintah serta organisasi
atau perusahaan yang siap mengayomi, hingga mampu menjadi penggerak pertumbuhan
kualitas pendidikan secara perlahan. Semakin banyak daerah yang berkembang dan
maju, maka akan semakin terlihat cahaya terang benderang di setiap pelosok
negeri, sebagai tanda meningkatnya kualitas pendidikan Indonesia.
Semakin banyak relawan
pendidikan yang terbiasa terjun ke lapangan, maka bisa saja kelak pemimpin
Indonesia terutama pemimpin bidang pendidikan ialah salah satu di antara
barisan relawan tersebut. Bisa kita bayangkan bukan, bagaimana ketulusannya dan
seperti apa dia akan membawa pendidikan Indonesia? Tentu saja bukan lagi
kepentingan dirinya dan jabatannya yang menjadi prioritas utama. Melainkan,
bagaimana ia bisa membawa pendidikan Indonesia menjadi semakin berkualitas.
Sebab, ia tahu bagaimana bibit-bibit unggul Indonesia yang haus akan pendidikan
di luar sana, bagaimana pula negeri ini membutuhkan renovasi pendidikan yang
lebih bermutu. Begitulah ketika tangan relawan sejati membawa kepemimpinannya
ini untuk negeri. Jadi, relawan dapat membantu mengentaskan masalah-masalah
pendidikan yang menjadi penghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. Hingga kelak,
kualitas pendidikan Indonesia semakin meningkat di mata dunia.
Namun, menjadi relawan
yang kelak mampu mengentaskan segudang permasalahan tersebut memang bukanlah
ibarat jalan lurus tanpa bebatuan. Bukan pula semudah membalikkan telapak
tangan. Tapi, apalah arti semua hambatan dan lelah tersebut jika semua
dilakukan sepenuh hati semata-mata untuk negeri, juga dilakukan dengan semangat
kerjasama. Bukankah Indonesia amat terkenal dengan budaya “gotong royong” nya
yang kian melekat? Alangkah akan semakin majunya pendidikan Indonesia jika
gotong royong untuk pendidikan adalah hal yang menjadi visi bersama. Visi
pemuda, orang tua, hingga jajaran pemangku kekuasan negeri. Sebab, gelar
relawan pendidikan tak hanya bagi mereka yang tak punya kendali atau kuasa,
juga bukan bagi mereka yang berada di bawah. Tapi, gelar relawan pendidikan
adalah bagi mereka yang terpanggil hatinya dan tergerak langkahnya demi
pendidikan yang lebih berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar