Jumat, 27 Januari 2017

Pentingnya Mengabdi dengan Hati untuk Negeri

Oleh : Ida Nuraini
(Arsip : Essai untuk memenuhi syarata administrasi Seleksi VTIC Cycle 5 2016)

“Memayu hayuning sariro...Memayu hayuning bangsa...Memayu hayuning bawana...” Apa pun yang dikerjakan oleh seseorang itu, harusnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, juga bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya. Begitulah kutipan dari bapak kita, Ki Hajar Dewantara yang bisa menjadi pemantik semangat  relawan di dunia pendidikan khususnya. Relawan selalu identik dengan kebermanfaatan untuk sekitar. Relawan hadir untuk menjadi raga yang siap berkarya tanpa pamrih, juga menjadi jiwa yang selalu mengasihi dan peduli. Puncak yang ingin dicapai seorang relawan ialah melihat binar-binar mata insan lain bahagia, hingga melihat bangsa dan negeri ini mencapai kemajuan atas karya yang dipersembahkannya.
Banyak bidang yang dapat dijadikan ranah untuk mengabdi bagi seorang relawan. Salah satunya ialah bidang pendidikan. Mengapa harus menjadi relawan pendidikan? Karena, dari sanalah akan lahir dan berangkatnya generasi emas negeri ini yang kelak mampu membawa perubahan menuju masa depan Indonesia yang lebih gemilang. Dari pendidikanlah kualitas bangsa dan di negeri ini dapat diukur. Sebab, pendidikan akan mempengaruhi karakter, moral, budaya, hingga kondisi perekonomian Indonesia. Untuk itulah, betapa pentingnya menyongsong masa depan Indonesia melalui jalan pendidikan yang perlu digarap maksimal.
 Banyak hal lain yang mendasari betapa pentingnya mengabdi menjadi relawan di dunia pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa begitu menumpuknya permasalahan pendidikan di negeri ini yang belum terselesaikan. Di kancah dunia, pendidikan Indonesia masih menempati urutan yang jauh, yaitu peringkat 69. Tentu hal ini menjadi cermin bagi Indonesia yang perlu melakukan pembenahan pendidikan. Mengapa hal tersebut menjadi masalah? Sebab, itu tandanya ada yang salah dalam dunia pendidikan kita. Padahal, dahulu Indonesia menjadi tempat negara lain belajar dan bersekolah, namun kini seolah berbalik. Tidakkah hal ini membuat hati kita terketuk? Tak hanya sampai di situ, masalah lainnya ialah belum meratanya pendidikan Indonesia. Mulai dari guru kompeten yang lebih banyak di kota-kota besar, sarana dan prasarana sekolah di desa tertinggal kurang memadai, kesejahteraan guru di desa pedalaman belum terpenuhi, banyaknya anak-anak yang putus sekolah karena terdesak kebutuhan ekonomi, hingga kurikulum yang sering berganti dan tidak maksimal. Beberapa masalah tersebutlah yang menghambat kualitas pendidikan. Permasalahan tersebut merupakan tantangan dan tanggung jawab seluruh masyarakat serta pemerintah. Sebab, bagi mereka yang terdidik, maka kewajibannya ialah mendidik dan membenahi pendidikan.
Melihat permasalahan-permasalahan yang sedemikian banyaknya, maka pendidikan Indonesia membutuhkan para relawan yang siap mewakafkan dirinya sepenuh hati untuk bersinergi dan bahu-membahu. Dengan semakin banyak komunitas relawan pendidikan misalnya, akan semakin banyak daerah-daerah pedalaman yang terjamah oleh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non-formal. Dengan segenap usaha, mereka siap membangun sekolah, membantu pembiayaan pendidikan, hingga merancang sistem pendidikan yang sesuai untuk Indonesia. Mereka akan membawakan manisnya pendidikan yang sejatinya adalah hak semua anak bangsa. Komunitas relawan tersebut bisa melebarkan sayap dengan bekerjasama dengan pemerintah serta organisasi atau perusahaan yang siap mengayomi, hingga mampu menjadi penggerak pertumbuhan kualitas pendidikan secara perlahan. Semakin banyak daerah yang berkembang dan maju, maka akan semakin terlihat cahaya terang benderang di setiap pelosok negeri, sebagai tanda meningkatnya kualitas pendidikan Indonesia.
Semakin banyak relawan pendidikan yang terbiasa terjun ke lapangan, maka bisa saja kelak pemimpin Indonesia terutama pemimpin bidang pendidikan ialah salah satu di antara barisan relawan tersebut. Bisa kita bayangkan bukan, bagaimana ketulusannya dan seperti apa dia akan membawa pendidikan Indonesia? Tentu saja bukan lagi kepentingan dirinya dan jabatannya yang menjadi prioritas utama. Melainkan, bagaimana ia bisa membawa pendidikan Indonesia menjadi semakin berkualitas. Sebab, ia tahu bagaimana bibit-bibit unggul Indonesia yang haus akan pendidikan di luar sana, bagaimana pula negeri ini membutuhkan renovasi pendidikan yang lebih bermutu. Begitulah ketika tangan relawan sejati membawa kepemimpinannya ini untuk negeri. Jadi, relawan dapat membantu mengentaskan masalah-masalah pendidikan yang menjadi penghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. Hingga kelak, kualitas pendidikan Indonesia semakin meningkat di mata dunia.

Namun, menjadi relawan yang kelak mampu mengentaskan segudang permasalahan tersebut memang bukanlah ibarat jalan lurus tanpa bebatuan. Bukan pula semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, apalah arti semua hambatan dan lelah tersebut jika semua dilakukan sepenuh hati semata-mata untuk negeri, juga dilakukan dengan semangat kerjasama. Bukankah Indonesia amat terkenal dengan budaya “gotong royong” nya yang kian melekat? Alangkah akan semakin majunya pendidikan Indonesia jika gotong royong untuk pendidikan adalah hal yang menjadi visi bersama. Visi pemuda, orang tua, hingga jajaran pemangku kekuasan negeri. Sebab, gelar relawan pendidikan tak hanya bagi mereka yang tak punya kendali atau kuasa, juga bukan bagi mereka yang berada di bawah. Tapi, gelar relawan pendidikan adalah bagi mereka yang terpanggil hatinya dan tergerak langkahnya demi pendidikan yang lebih berkualitas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar