Sabtu, 17 Juni 2017

KISAH SUKSES PEMUDA PENGUSAHA SYARIAH: ELANG GUMILANG


            Bicara soal pengusaha, begitu banyak pengusaha muda di Indonesia yang berhasil meraih kesuksesan dan memberikan inspirasi. Salah satunya ialah Elang Gumilang. Pemuda kelahiran Bogor, 6 April 1985 ini telah berhasil mengepakkan sayapnya untuk meraih sukses sambil bermanfaat bagi orang lain di bidang bisni property. Kini, di usianya yang baru menginjak 32 tahun dan masih terbilang muda, perusahaan property yang dipimpinnya telah memberikan keuntungan milyaran rupiah tiap tahunnya. Semuanya mampu ia raih dengan do’a, kerja keras dan penuh optimis sejak masa SMA. Tak heran, ia menjadi salah satu sosok pemuda yang paling menginspirasi dan bersahaja.
             Elang Gumilang adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Orang tuanya bernama H. Enceh dan Hj. Prianti. Elang telah menikah dengan teman sekampusnya Detri Sri Anggraini tahun 2009 silam. Meski ia dalam keadaan keluarga yang berkecukupan, perjalanan hidupnya tetap ia jalani dengan sederhana, kerja keras dan mandiri. Hal itulah yang ternyata menumbuhkan jiwa wirausaha amat kental dalam dirinya. Sebelum menjadi pengusaha property yang sukses seperti saat ini, ternyata liku-liku hidupnya amatlah mengaharukan dan berkali-kali ia menghabiskan jatah gagal. Semua ia mulai dari nol hingga membuatnya memiliki modal pengalaman yang mumpuni dalam berbisnis. Ia memulai memberanikan diri untuk berwirausaha sejak masih masa SMA. Ia memiliki target untuk bisa mengumpulkan 10 juta rupiah sebelum lulus SMA, yang kelak uangnya akan digunakan untuk membiayai kuliahnya. Ia sama sekali tidak ingin dibiayai oleh orang tuanya sepeser pun. Ia membulatkan tekad untuk bisa membiayai kuliah dari hasil jerih payahnya sendiri.
            Awalnya, demi mendapat uang 10 juta tersebut, ia mencoba berjualan donat keliling sekolah-sekolah di sekitar Bogor. Ia tak malu dan tetap yakin untuk mampu berkuliah dengan hasil jualannya. Sampai akhirnya, orang tua Elang pun mengetahui pekerjaannya dan memintanya berhenti sebab ujian sudah amat dekat. Akhirnya, ia memutar otak dan mencari ide lain untuk menghasilkan uang. Dengan kesukaannya pada bisnis, ia pun mengandalkan kemampuannya untuk mengikuti berbagai perlombaan di bidang bisnis dan marketing. Qadarullah memang rezeki dan nasib baik berpiha padanya. Ia berhasil menjuara lomba dari IPB, yakni Java Economic Competition se Jawa. Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Uang untuk kuliahnya pun berhasil terkumpul dari berbagai lomba yang dijuarai.
            Tidak berhenti sampai di situ. Pola pikirnya yang semakin maju dan jiwa bisnis yang sudah melekat membuatnya terus menekuni diri menjadi pengusaha apa pun itu. Saat akhirnya ia berhasil menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB tanpa tes, semua waktu kuliahnya tidak ia sia-siakan. Dengan modal 1 juta rupiah, ia mencoba berjualan sepatu di kampus. Hanya butuh waktu 1 bulan, ia berhasil meraih uang 3 juta rupiah. Sayangnya, setelah berjalan beberapa tahun, supplier yang digunakannya menurunkan kualitas sepatu. Bisnis sepatu pun sirna. Selanjutnya, dengan melihat keadaan sekitar membuat kepekaannya bertambah. Ia melihat bahwa lampu-lampu di kampus sudah mulai redup. Dengan ide cemerlangnya, ia pun berhasil menembuskan proposalnya kepada piha Philips. Ia berhasil membuat Philips menyetok lampu-lampu di kampusnya. Tiap penjualannya, ia mendapatkan 15 juta rupiah.
            Setelah ia menyadari bahwa bisnis lampu itu musiman, ia kembali mencari ide bisnis lain. Mulailah terpikir untuk berjualan minyak goreng ke warung-warung. Namun ternyata usaha ini membutuhkan otot yang amat kuat dan menyita waktu kuliahnya. Ia pun beranjak mencari ide lain sambil berkonsultasi dengan dosen dan beberapa pengusaha. Setelah mendapat berbagai masukan, ia merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di kampus bersama rekan-rekannya. Karena lembaga kursus itu ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra.
            Di tengah-tengah perjalanannya itu, ia berfikir berbicara dengan hatinya sendiri “Mengapa kondisi saya begini? Padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini ?.” Gejolak ini membuat suatu ilham datang pada dirinya. Ia bermaksud untuk membangun bisnis rumah layak huni dan sederhana bagi orang-orang yang kurang mampu. Masalah saat itu adalah modal. Namun masalah tersebut dapat selesai karena sahabatnya memiliki kerabat orang kaya yang bersedia membantu sebagai pemberi jaminan. Saat itu pula, ada tanah di kawasan Pasir Orai, Bogor dengan harga 1 Milyar lebih dengan luas 4,5 hektar yang dijual. Atas jaminan saudara teman tersebut, Elang Gumilang berani mengambil KTA (Kredit tanpa Agunan) di bank sebesar Rp 150 juta. Dan setiap bulannya, ia wajib mengangsur Rp 8,7 juta selama total dua tahun.Namun kehendak Allah berkata lain, kerabat sahabatnya itu meninggal dunia. Karena harus membayar cicilan KTA, Elang Gumilang bekerja keras. Elang Gumilang sempat menjadi sales perusahaan developer. Menariknya, selama 6 bulan Elang Gumilang dapat menjual 40-an unit rumah. Ia pun berhasil mengikuti tender rehabilitasi sekolah di Jakarta Barat dan mampu melunasi cicilan bank tersebut.
            Keinginannya untuk menjual rumah murah pun dibantu oleh 5 orang temannya. Ia berhasil mengumpulkan 340 juta dan di atas lahan 4,5 hektar yang dibelinya, Elang Group membangun 450-an unit rumah dengan 2 tipe, yaitu tiper 22 dengan luas tanah 60 m2 dan tipe 36 dengan luas tanah 72 m2. Saat itu, ia hanya mengandalkan iklan melalui koran lokal dalam melakukan marketing. Karena harganya yang murah fasilitasnya memadai, maka semua unit terjual habis di awal penjualan. Ia pun semakin mengembangkan bisnisnya dan menerima banyak permintaan. Ia ingin terus membuat orang-orang mampu membeli dan tinggal di rumah yang murah dan layak. Ia juga menargetkan mampu memperkerjakan 100 ribu orang dalam bisnisnya. Semua kerja kerasnya membuat ia berhasil mendapatkan banyak perhargaan. Di antaranya ialah pemenang pertama Wirausaha Muda Mandiri 2007, Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi 2008, Man of the Year 2008 dari Radar Bogor, Pemuda Pilihan 2008 dari TV One, dan Indonesia Top Young Entrepreuner 2008 dari Warta Ekonomi.
            Hal lain yang membuat Elang patut menjadi salah satu sosok inspiratif ialah bisnisnya yang syariah. Mulanya, ia memang mengandalkan bank konvensional dalam membantu pembiayaan bisnis yang dirintisnya. Hingga akhirnya, ia sadar bahwa ternyata selama ini uang yang ia bayarkan ke bank amat besar nilai bunganya, di mana semua itu adalah riba. Ia menjadi takut bisnisnya tidak berkah dengan hutang bank yang bernilai riba. Ia pun memilih jalan lain untuk mengatasi hal tersebut. Ia tidak mau terus menerus dalam keadaan terlilit hutang ditambah dengan menanggung dosa riba atas usahanya.
            Hal yang ia lakukan pertama kali adalah memindahkan utangnya ke bank syariah. Dengan cara ini ia pun bisa terbebas dari bunga bank yang selalu bertambah dan membengkak. Kedua, ia terus meningkatkan penjualan rumahnya agar mampu melunasi seluruh hutangnya tersebut. Ketigas, saat ada penawaran proyek dari Sedco Saudi Arabia senilai 270 milyas, ia enggan berhutang lagi kepada bank. Melainkan, ia menerbitkan sukuk atau obligasi syariah. Garuda, pertamina dan perusahaan lain pun membeli sukuknya hingga total modalnya mencapai 400 milyar. Lunas lah semua hutangnya di bank. Sejak saat itulah ia selalu menerapkan bisnis syariah dalam perusahaannya. Jauh dari bunga, melakukan bisnis dengan diniatkan amal, jujur, dan segala aktivitas bisnisnya diperhatikan halal dan baiknya.
            Ia selalu percaya dan termotivasi oleh surah Ali Imran ayat 26 yang intinya bahwa Allah berkehendak memberikan kerajaan dan kemuliaan pada siapa pun yang dikehendaki. Allah pun berkehendak mencabut semua itu atas kehendakNya. Hal itu membuat Elang sadar dan terus rendah hati. Ia mengatakan bahwa semua yang ia miliki hanyalah amanah yang sewaktu-waktu bisa Allah ambil. Ia hanya mengelola, bukan memiliki. Ketika ia meninggalkan riba, ia amat merasa bahwa asetnya kian bertambah. Semuanya terasa berkah. Nilai syariah lainnya ialah semua uang atau rumah yang ia kelola selalu disisihkan untuk hak orang lain. Ia pun tak terlewat untuk selalu menjalankan shalat dhuha, menginfaqkan sebagian hartanya untuk sedekah dan zakat, mendirikan yayasan atau sekolah serta rumah untuk yatim piatu dan dhuafa, mendirikan masjid untuk umat, serta kehidupan sederhana di tengah hartanya yang berlimpah. Sungguh, di balik kekayaannya itu, ia tidak menikmati semuanya sendirian untuk berhura-hura, namun justru diajak orang banyak untuk merasakan rezekinya. Begitulah, ketika ekonomi syariah mengakar kuat dalam diri seseorang. Bahkan hidupnya pun akan selalu diwakafkan untuk orang lain. Harta yang banyak tidak menjadi tolak ukur kebahagiannya, melainkan kemaslahatan umat yang menjadi prioritasnya. Semoga, Allah Swt senantiasa menjadikan kita hamba yang selalu bersyukur dan senang berbagi.

Jakarta, 18 Juni 2017
-Ida Nuraini-
...............................
..............................
Referensi :

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1558709594439345&substory_index=0&id=1438311179812521

Tidak ada komentar:

Posting Komentar