Bicara
soal pengusaha, begitu banyak pengusaha muda di Indonesia yang berhasil meraih
kesuksesan dan memberikan inspirasi. Salah satunya ialah Elang Gumilang. Pemuda
kelahiran Bogor, 6 April 1985 ini telah berhasil mengepakkan sayapnya untuk
meraih sukses sambil bermanfaat bagi orang lain di bidang bisni property. Kini,
di usianya yang baru menginjak 32 tahun dan masih terbilang muda, perusahaan
property yang dipimpinnya telah memberikan keuntungan milyaran rupiah tiap
tahunnya. Semuanya mampu ia raih dengan do’a, kerja keras dan penuh optimis
sejak masa SMA. Tak heran, ia menjadi salah satu sosok pemuda yang paling
menginspirasi dan bersahaja.
Elang Gumilang adalah anak sulung dari 3
bersaudara. Orang tuanya bernama H. Enceh dan Hj. Prianti. Elang telah menikah
dengan teman sekampusnya Detri Sri Anggraini tahun 2009 silam. Meski ia dalam
keadaan keluarga yang berkecukupan, perjalanan hidupnya tetap ia jalani dengan
sederhana, kerja keras dan mandiri. Hal itulah yang ternyata menumbuhkan jiwa
wirausaha amat kental dalam dirinya. Sebelum menjadi pengusaha property yang
sukses seperti saat ini, ternyata liku-liku hidupnya amatlah mengaharukan dan
berkali-kali ia menghabiskan jatah gagal. Semua ia mulai dari nol hingga
membuatnya memiliki modal pengalaman yang mumpuni dalam berbisnis. Ia memulai
memberanikan diri untuk berwirausaha sejak masih masa SMA. Ia memiliki target
untuk bisa mengumpulkan 10 juta rupiah sebelum lulus SMA, yang kelak uangnya
akan digunakan untuk membiayai kuliahnya. Ia sama sekali tidak ingin dibiayai
oleh orang tuanya sepeser pun. Ia membulatkan tekad untuk bisa membiayai kuliah
dari hasil jerih payahnya sendiri.
Awalnya,
demi mendapat uang 10 juta tersebut, ia mencoba berjualan donat keliling
sekolah-sekolah di sekitar Bogor. Ia tak malu dan tetap yakin untuk mampu
berkuliah dengan hasil jualannya. Sampai akhirnya, orang tua Elang pun
mengetahui pekerjaannya dan memintanya berhenti sebab ujian sudah amat dekat. Akhirnya,
ia memutar otak dan mencari ide lain untuk menghasilkan uang. Dengan kesukaannya
pada bisnis, ia pun mengandalkan kemampuannya untuk mengikuti berbagai
perlombaan di bidang bisnis dan marketing. Qadarullah memang rezeki dan nasib
baik berpiha padanya. Ia berhasil menjuara lomba dari IPB, yakni Java Economic
Competition se Jawa. Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Uang untuk
kuliahnya pun berhasil terkumpul dari berbagai lomba yang dijuarai.
Tidak
berhenti sampai di situ. Pola pikirnya yang semakin maju dan jiwa bisnis yang
sudah melekat membuatnya terus menekuni diri menjadi pengusaha apa pun itu. Saat
akhirnya ia berhasil menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB tanpa
tes, semua waktu kuliahnya tidak ia sia-siakan. Dengan modal 1 juta rupiah, ia
mencoba berjualan sepatu di kampus. Hanya butuh waktu 1 bulan, ia berhasil
meraih uang 3 juta rupiah. Sayangnya, setelah berjalan beberapa tahun, supplier yang digunakannya menurunkan
kualitas sepatu. Bisnis sepatu pun sirna. Selanjutnya, dengan melihat keadaan
sekitar membuat kepekaannya bertambah. Ia melihat bahwa lampu-lampu di kampus
sudah mulai redup. Dengan ide cemerlangnya, ia pun berhasil menembuskan
proposalnya kepada piha Philips. Ia berhasil membuat Philips menyetok
lampu-lampu di kampusnya. Tiap penjualannya, ia mendapatkan 15 juta rupiah.
Setelah
ia menyadari bahwa bisnis lampu itu musiman, ia kembali mencari ide bisnis
lain. Mulailah terpikir untuk berjualan minyak goreng ke warung-warung. Namun ternyata
usaha ini membutuhkan otot yang amat kuat dan menyita waktu kuliahnya. Ia pun
beranjak mencari ide lain sambil berkonsultasi dengan dosen dan beberapa
pengusaha. Setelah mendapat berbagai masukan, ia merintis bisnis Lembaga Bahasa
Inggris di kampus bersama rekan-rekannya. Karena lembaga kursus itu ditangani
secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak
Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra.
Di
tengah-tengah perjalanannya itu, ia berfikir berbicara dengan hatinya sendiri “Mengapa
kondisi saya begini? Padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun
lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini ?.” Gejolak
ini membuat suatu ilham datang pada dirinya. Ia bermaksud untuk membangun
bisnis rumah layak huni dan sederhana bagi orang-orang yang kurang mampu. Masalah
saat itu adalah modal. Namun masalah tersebut dapat selesai karena sahabatnya
memiliki kerabat orang kaya yang bersedia membantu sebagai pemberi jaminan.
Saat itu pula, ada tanah di kawasan Pasir Orai, Bogor dengan harga 1 Milyar
lebih dengan luas 4,5 hektar yang dijual. Atas jaminan saudara teman tersebut,
Elang Gumilang berani mengambil KTA (Kredit tanpa Agunan) di bank sebesar Rp
150 juta. Dan setiap bulannya, ia wajib mengangsur Rp 8,7 juta selama total dua
tahun.Namun kehendak Allah berkata lain, kerabat sahabatnya itu meninggal
dunia. Karena harus membayar cicilan KTA, Elang Gumilang bekerja keras. Elang
Gumilang sempat menjadi sales perusahaan developer. Menariknya, selama 6 bulan
Elang Gumilang dapat menjual 40-an unit rumah. Ia pun berhasil mengikuti tender
rehabilitasi sekolah di Jakarta Barat dan mampu melunasi cicilan bank tersebut.
Keinginannya
untuk menjual rumah murah pun dibantu oleh 5 orang temannya. Ia berhasil
mengumpulkan 340 juta dan di atas lahan 4,5 hektar yang dibelinya, Elang Group
membangun 450-an unit rumah dengan 2 tipe, yaitu tiper 22 dengan luas tanah 60
m2 dan tipe 36 dengan luas tanah 72 m2. Saat itu, ia hanya mengandalkan iklan
melalui koran lokal dalam melakukan marketing. Karena harganya yang murah
fasilitasnya memadai, maka semua unit terjual habis di awal penjualan. Ia pun
semakin mengembangkan bisnisnya dan menerima banyak permintaan. Ia ingin terus
membuat orang-orang mampu membeli dan tinggal di rumah yang murah dan layak. Ia
juga menargetkan mampu memperkerjakan 100 ribu orang dalam bisnisnya. Semua kerja
kerasnya membuat ia berhasil mendapatkan banyak perhargaan. Di antaranya ialah
pemenang pertama Wirausaha Muda Mandiri 2007, Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi
2008, Man of the Year 2008 dari Radar Bogor, Pemuda Pilihan 2008 dari TV One,
dan Indonesia Top Young Entrepreuner 2008 dari Warta Ekonomi.
Hal
lain yang membuat Elang patut menjadi salah satu sosok inspiratif ialah
bisnisnya yang syariah. Mulanya, ia memang mengandalkan bank konvensional dalam
membantu pembiayaan bisnis yang dirintisnya. Hingga akhirnya, ia sadar bahwa
ternyata selama ini uang yang ia bayarkan ke bank amat besar nilai bunganya, di
mana semua itu adalah riba. Ia menjadi takut bisnisnya tidak berkah dengan
hutang bank yang bernilai riba. Ia pun memilih jalan lain untuk mengatasi hal
tersebut. Ia tidak mau terus menerus dalam keadaan terlilit hutang ditambah
dengan menanggung dosa riba atas usahanya.
Hal
yang ia lakukan pertama kali adalah memindahkan utangnya ke bank syariah. Dengan
cara ini ia pun bisa terbebas dari bunga bank yang selalu bertambah dan
membengkak. Kedua, ia terus meningkatkan penjualan rumahnya agar mampu melunasi
seluruh hutangnya tersebut. Ketigas, saat ada penawaran proyek dari Sedco Saudi
Arabia senilai 270 milyas, ia enggan berhutang lagi kepada bank. Melainkan, ia
menerbitkan sukuk atau obligasi syariah. Garuda, pertamina dan perusahaan lain
pun membeli sukuknya hingga total modalnya mencapai 400 milyar. Lunas lah semua
hutangnya di bank. Sejak saat itulah ia selalu menerapkan bisnis syariah dalam
perusahaannya. Jauh dari bunga, melakukan bisnis dengan diniatkan amal, jujur,
dan segala aktivitas bisnisnya diperhatikan halal dan baiknya.
Ia
selalu percaya dan termotivasi oleh surah Ali Imran ayat 26 yang intinya bahwa
Allah berkehendak memberikan kerajaan dan kemuliaan pada siapa pun yang
dikehendaki. Allah pun berkehendak mencabut semua itu atas kehendakNya. Hal itu
membuat Elang sadar dan terus rendah hati. Ia mengatakan bahwa semua yang ia
miliki hanyalah amanah yang sewaktu-waktu bisa Allah ambil. Ia hanya mengelola,
bukan memiliki. Ketika ia meninggalkan riba, ia amat merasa bahwa asetnya kian
bertambah. Semuanya terasa berkah. Nilai syariah lainnya ialah semua uang atau
rumah yang ia kelola selalu disisihkan untuk hak orang lain. Ia pun tak
terlewat untuk selalu menjalankan shalat dhuha, menginfaqkan sebagian hartanya
untuk sedekah dan zakat, mendirikan yayasan atau sekolah serta rumah untuk
yatim piatu dan dhuafa, mendirikan masjid untuk umat, serta kehidupan sederhana
di tengah hartanya yang berlimpah. Sungguh, di balik kekayaannya itu, ia tidak
menikmati semuanya sendirian untuk berhura-hura, namun justru diajak orang
banyak untuk merasakan rezekinya. Begitulah, ketika ekonomi syariah mengakar
kuat dalam diri seseorang. Bahkan hidupnya pun akan selalu diwakafkan untuk
orang lain. Harta yang banyak tidak menjadi tolak ukur kebahagiannya, melainkan
kemaslahatan umat yang menjadi prioritasnya. Semoga, Allah Swt senantiasa
menjadikan kita hamba yang selalu bersyukur dan senang berbagi.
Jakarta, 18 Juni 2017
-Ida Nuraini-
...............................
..............................
Referensi :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1558709594439345&substory_index=0&id=1438311179812521
Tidak ada komentar:
Posting Komentar